Tampilkan postingan dengan label pestisida. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pestisida. Tampilkan semua postingan
Selasa, 30 Oktober 2012
FORMULASI GAS ( FUMIGASI )
DEFINISI
Fumigasi : Fumigation adalah usaha pemberantasan total segala jenis hama dengan pestisida berbentuk Gas yang masuk ke tubuh hama melalui Inhalasi ( pada tikus) atau lubang Spirakel ( pada serangga) dan menyebabkan kematian. Teknis dan metode aplikasi, kita mengacu pada komoditif dan kondisional yang ada.
KEUNTUNGAN
o Menjangkau hama hingga ke tempat yang paling sulit / tersembunyi (di dalam komoditi)
o Efektif mengendalikan seluruh stadia hama (telur, larva, pupa & imago)
o Tidak meninggalkan residu sehingga tidak berbahaya bagi konsumen akhir
o Tidak merusak / merubah komoditi (fisik & komposisi).
JENIS – JENIS FUMIGASI
A. Berdasarkan kebutuhan penanganannya :
Fumigasi PERAWATAN
Dilakukan untuk mengendalikan hama bagi komoditas (produk) dalam penyimpanan (storage) maupun properti (rumah, gedung dll.)
Fumigasi TINDAKAN KARANTINA
Pengendalian hama bagi komoditas sebagai suatu syarat karantina. Umumnya dilakukan untuk kepentingan eksport.
B. Menurut aplikasi pengerjaannya, Fumigasi Era-Pest terbagi menjadi :
Space Fumigation
Perlakuan fumigasi pada seluruh wadah / ruangan. Misal : silo, kapal, rumah dll.
Under Sheet Fumigation
Pelaksanakan terbatas pada komoditas yang akan difumigasi dengan melakukan
penyungkupan dibawah plastik.
Container Fumigation
Fumigasi untuk komoditas di dalam container.
Under Plastic Sheet Fumigation
Pallet Fumigation inside container (ISPM#15)
Container Fumigation (BARANTAN-AQIS)
Space Fumigation – Silo
C. Standard pengerjaan fumigasi PT. ERARESIK HUNIAN
Barantan-AQIS
Fumigasi dengan standar pengerjaan yang sesuai dengan persyaratan Badan Karantina Nasional (Barantan) - Departemen Pertanian dan AQIS (The Australian Quarantine and Inspection Service). Pengerjaan ini biasanya dilakukan untuk kebutuhan ekspor.
VERIFIKASI
A. Komoditi
• Komoditi dipastikan layak untuk di fumigasi.
• Kemasan komoditi dapat ditembus oleh fumigant, tidak terbungkus oleh plastik atau bahan lainnya yang kedap udara.
• Tumpukan komoditi memungkinkan untuk dilakukannya fumigasi.
B. Jenis Hama, Dosis dan temperature
• Mengetahui jenis hama yang menjadi target pengendalian.
• Mengetahui dosis fumigant yang akan digunakan untuk mengendalikan suatu jenis hama.
Temperatur / suhu ruang fumigasi sekitar antara 21-32 °C .
C. Waktu Fumigasi
• Tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan fumigasi.
• Waktu pelaksanaan fumigasi selama1 x 24 jam.
D. Lokasi Tempat Fumigasi
• Ventilasi udara cukup baik untuk melakukan pelepasan dan pembebasan Fumigan.
• Tersedia cahaya yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan aman.
• Terlindung dari angin yang cukup kencang dan hujan.
• Lingkungan aman dan jauh dari tempat tinggal/kegiatan orang
• Lantai kedap gas dan terbebas dari batu atau benda yang tajam
PERSIAPAN FUMIGASI
A. Persiapan Pengamanan & Keselamatan
• Lakukan pemberitahuan kepada pihak keamanan setempat dan pelanggan tentang kegiatan fumigasi yang akan dilakukan.
• Cari tahu lokasi rumah sakit/klinik terdekat dari lokasi fumigasi
• Pastikan bahan lokasi telah aman untuk melakukan fumigasi
• Pasang batas “danger area” disekeliling area fumigasi
B. Persiapan Komoditi
• Pastikan lantai penumpukan komoditas sesuai untuk kegiatan fumigasi.
• Pastikan gas bisa tersalur dan tersebar diantara komoditi
• Pastikan bahwa kipas angin dapat terpasang didalam ruang fumigasi
• Pastikan komoditi dapat menyerap fumigant
C. Pemasangan Selang Distribusi dan Monitor
• Selang distribusi harus dipasang secara merata. Apabila lebih dari satu selang maka panjang dan diameternya harus sama panjang.
• Pasang kipas angin diujung masing-masing selang distribusi, jika fumigasi dalam container, kipas angina harus diletakan didalam sehingga pintu harus dibuka, minimal sebelah.
• Pasang selang monitor minimal pada 3 tempat yaitu atas, tengah dan bawah.
D. Penutupan komoditas dengan cover sheet
1. Tutup komoditas dengan cover sheet.
2. Pada keempat sisi lebihkan minimal 50 cm pada bagian bawah yang bersentuhan dengan lantai.
3. Kelebihan pada bagian sudut dilipat seperti amplop atau digulung supaya ketat & rapih.
4. Bagian plastik yang sobek agar ditambal.
5. Rapatkan pertemuan plastik dengan lantai dengan menggunakan 2 baris sand snakes yang tersusun over lapping.
6. Ukur dimensi panjang x lebar x tinggi tumpukan komoditas atau kontainer.
7. Hitung besarnya dosis fumigant yang akan digunakan (hubungkan dengan temperatur komoditas).
8. Untuk fumigasi dengan menggunakan kontainer, harus menggunakan cover sheet apabila container tidak kedap oleh gas atau bocor.
E. Persiapan penyaluran Gas
1. Tempatkan tabung silinder gas diatas timbangan
2. Rangkai selang dari tabung MB dengan alat pemanas serta selang distribusi.
3. Hidupkan kipas angin.
4. Siapkan lampu detector halida atau electronic leak detector.
5. Pastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan didalam area fumigasi.
6. Periksa air di dalam pemanas apakah sudah cukup panas.
PELAKSANAAN FUMIGASI
Pelepasan Gas
o Pastikan peralatan safety berfungsi dengan baik.
o Pasang peralatan safety dengan baik & benar.
o Lepaskan gas secara perlahan selama 30 detik kemudian tutup kembali.
o Periksa dan tutup kebocoran pada sambungan-sambungan.
o Apabila tidak terdapat kebocoran, lepaskan gas sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
o Catat waktu selesainya pelepasan Gas.
Pemeriksaan kebocoran Gas
o Periksa sekeliling area fumigasi dengan menggunakan leak detector untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran gas.
o Apabila terdapat kebocoran, segera perbaiki dengan cara menambal atau menambah penempatan sand snakes.
o Jenis peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran bisa berupa lampu halida atau elektronik leak detector.
o Matikan kipas angin 15 menit setelah selesainya pelepasan gas.
MONITORING
o Tujuan monitoring secara umum adalah untuk mengetahui besarnya kosentrasi gas didalam ruang fumigasi pada waktu tertentu.
o Monitoring dilakukan minimal 2 kali yaitu pada tahap awal dan akhir fumigasi.
o Monitoring awal bertujuan untuk mengetahui kapan dimulainya kegiatan fumigasi.
o Monitoring awal dilakukan 30-60 menit selesainya pelepasan gas.
o Tujuan monitoring akhir adalah untuk mengetahui keberhasilan fumigasi.
o Monitoring akhir dilakukan pada saat masa fumigasi berakhir.
AERASI
A. Tahapan aerasi
1. Pastikan perlengkapan safety/ berfungsi dengan baik.
2. Pasang perlengkapan safety (masker) sebelum memasuki area fumigasi.
3. Lepaskan tali pengikat plastik di sekeliling ruang fumigasi.
4. Aktifkan kipas angin.
5. Singkirkan sand snake di depan pintu ruang fumigasi kemudian angkat cover sheet secukupnya pada kedua sisi lalu jepit.
6. Catat waktu pembukuan cover sheet.
7. Biarkan selama 15 menit, kemudian angkat lagi cover sheet ke arah yang lebih tinggi.
8. Biarkan selama 15 menit kemudian matikan kipas angin.
9. Lakukan test dengan menggunakan lampu halida atau electronic leak detector.
10. Apabila gas sudah tidak terdeteksi dengan leak detector, ukur TLV dengan menggunakan dragger pump.
11. Apabila kosentrasi gas telah berada pada 5 ppm atau kurang, area fumigasi dapat dikatakan aman.
PEMBENAHAN ALAT
1. Pastikan keran silinder tabung CH3Br telah tertutup rapat kemudian simpan pada tempatnya. Penyimpanan/ pengangkutan tabung tidak boleh dalam posisi miring atau rebah.
2. Pastikan canister telah dilepaskan dari masker & waktu penggunaannya telah dicatat.
3. Pastikan interferometer telah bebas dari fumigan & skalanya telah berada pada posisi nol.
4. Lipat cover sheet dengan cara yang benar & rapih untuk memudahkan penggunaan berikutnya.
5. Pastikan seluruh peralatan tidak ada yang tertinggal di lokasi fumi
PELAPORAN
1. Isi lembar catatan fumigasi setelah seluruh rangkaian kegiatan fumigasi telah selesai dan harus difile dengan baik.
2. Buat sertifikat bebas gas sebagai jaminan bahwa area fumigasi telah bebas dari pengaruh gas dan dinyatakan aman untuk dimasuki oleh manusia.
3. Buat sertifikat fumigasi sebagai bukti bahwa komoditi telah diberi perlakuan fumigasi.
Demikian SOP Fumigasi dengan CH3Br ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
ZAT PENGATUR TUMBUH ( ZPT )
I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Zat pengatur tumbuh atau sering kita sebut dengan ZPT mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. Zat pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.
Zat Pengatur Tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu Auxin, giberelin, sitokinin, ethylene generators dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis.
Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada pucuk, dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya Indole Ring.
Sedangkan yang dimaksud dengan giberelin adalah senyawa yang mengandung Gibban skeleton, menstimulasi pembelahan sel (cell division), perpanjangan sel atau keduanya.
Zat Pengatur Tumbuh sitokinin adalah senyawa yang mempunyai bentuk dasar adenine (6-amino purine) yang mendukung terjadinya pembelahan sel.
Ethylene generators senyawa yang terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen. Dalam keadaan normal ZPT ini akan berbentuk gas, mempunyai peranan dalam proses pematangan buah dalam fase climacteric.
ZPT yang terakhir adalah Inhibitor yang berperan dalam penghambatan proses biokimia dan proses fisiologis bagi aktivitas keempat Zat Pengatur Tumbuh diatas.
Kelima ZPT diatas secara syntetik telah dibuat untuk keperluan pertanian dan research, yang tentunya akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan alam dan pertanian.
( Maspary,2010.http//www.gerbangpertanian.com )
II. PEMBAHASAN
1. Auksin
Auksin digunakan pada buah-buahan untuk menambah produk pertanian. Auxin membantu dalam perakaran dan meningkatkan pembentukan bunga. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara menyeluruh. Diduga auxin bekerja mengontrol pembesaran sel dengan suatu pelepasan dinding sel sehingga menambah perluasan dinding sel.
Pengaruh auxin terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
Jumlah dan kepadatan akar lateral serta menurunkan kadar IAA pada akar dan aliran IAA (IndolaceticAcid ) menuju akar. Namun, reduksi akar lateral ini hanya terjadi pada daerah yang mengalami kontak langsung dengan NPA (naphthylphthalamic acid ). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan akar lateral pada Arabidopsis dihambat oleh NPA dan IAA apical (yang berasal dari batang). Akan tetapi, kondisi tersebut dapat dikembalikan oleh auksin yang ada pada akar.
2. Giberelin
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosintesis GA.
Pengaruh giberalin terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
Giberelin sangat berpengaruh terhadap genetis seperti pembungaan, penyinaran, partenokarpi. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas cambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
( Anonim, 2003.http.www.plant-hormones.info)
3. Sitokinin
Golongan sitokinin sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin) berarti "terkait dengan pembelahan sel). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.
Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan tanaman :
Mendorong penyempurnaan hubungan pembuluh antara tunas lateral dengan batang, tambahan sitokinin juga dapat menyebabkan terjadinya pembelahan sel dalam bagian ujung dari tunas lateral dan mengubah nya menjadi meristem aktif. Kegiatan meristemik ini membutuhkan auksin untuk mempertahankan laju metabolismenya yang tinggi dan pemanjangan sel.
4. Ethylene generators
Ethylene generators adalah zat pengatur tumbuh yang menghambat dalam proses biokimia dan fisiologis bagi aktivitas keempat zat pengatur tumbuh di atas, seperti mencegah pembentukan pertunasan pada tembakau dan memperpendek batang. Contoh mepiquat chloride (Pix) yang digunakan pada kapas untuk menghambat tinggi tanaman.
Pengaruh Ethylene generators pada pertumbuhan adalah :
pada daun pengembangan dan respon mengurangi pertumbuhan tunas.
5. Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia. Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi.
Inhibitor adalah suatu bahan (kimia) apabila ditambahkan sedikit (konsentrasi) kedalam suatu lingkungan dapat mengurangi laju korosi.
inhibitor di bedakan dalam beberapa jenis:
Inhibitor jenis penjerap (adsorption)
Inhibitor racun evolusi hydrogen
Scavengers
Oxidizers
Inhibitor fasa uap
pengaruh inhibitor terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
Menghambat reaksi fotosintesis, respirasi, transpirasi.
( Anonim,2010. http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2141592-inhibitor/#ixzz2ADvvovSY )
Senin, 29 Oktober 2012
Insektisida
1.Pengertian
Insektisida adalah
bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga.
Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu
tanama. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
2.Sejarah penggunaan insektisida
Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan sabun untuk mengontrol
pertumbuhan hama serangga sejak awal tahun 1800an. Di awal abag ke 19, sabun
yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan. Cara-cara tersebut cukup
efektif, meski harus diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan
tanaman. Belakangan diketahui juga adanya penggunaan campuran bawang putih,
bawang merah, dan lada atau berbagai jenis makanan lainnya, namun tidak cukup
efektif membunuh serangga.
Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930an dan mulai
meluas setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada tahun 1945 hingga 1965,
insektisida golongan organoklorin dipakai secara luas baik
untuk pertanian maupun kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah
insektisida DDT
yang dikomersialkan sejak tahun 1946. Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida
sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pirethroid pada tahun 1970an.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap
serangga mulai digunakan
3.Jenis-jenis insektisida
Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik.Insekstisida organik mengandung unsur
karbon sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida organik umumnya
bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida
hayati.
a.Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi
beberapa golongan besar:
Ø Senyawa
Organofosfat
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan
fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos,
Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan
Malathion.
Ø Senyawa
Organoklorin
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan
klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini
mashi tetap aktif hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida
golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin
adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.
Ø Karbamat
Insektisida golongan karbamat
diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan
meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Namun, insektisida karbamat akan
terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering
dipakai adalah bendiokarbamat.
Ø Pirethrin/
Pirethroid Sintetik
Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat
fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan
senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk
insektisida ini adalah Permethrin.
Ø Pengatur Tumbuh
Serangga
Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan dalam siklus
pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal. Beberapa contoh
produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.
Ø Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga.
Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat
toksisitasnya yang tinggi. Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br),
Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.
b.Insektisida Hayati
Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun
terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga.
- Silica (SiO2)
merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung
lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida
jenis ini sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun
dari molekul diatom Bacillariophyceae.
- Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida
anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
- Pirethrum adalah
insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan.
Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang baik pada
konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa
ini sangat mahal.
- Rotenon adalah
insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris. Senyawa ini
berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh hama.
- Neem merupakan
ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan Neem sebagai
insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem mengganggu aktivitas
sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan
kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga berperan
sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus
berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.
- Bakteri Bacillus
thuringiensis memproduksi toksin Bt yang dapat
mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan
menyebabkan saluran pencernaan serangga berlubang sehingga berujung pada
kematian. Para peneliti telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam
produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan
tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt merupakan salah satu organisme
transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.
4.Efek penggunaan insektisida
Pada tahun 1960, Rachel Carson
menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida
berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut menyorot
penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif, sekaligus
menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan.
Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti
burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga
dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
Insektisida
seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan
semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya.
Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak
mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru
mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida.
pada hasil panen yang nantinya akan
menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang
meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap
1 jam 45 menit akibat pestisida dan atau insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan
di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah,
serta mengganggu ekosistem perairan.
5.Resistensi insektisida
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu dalam
populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski
terpapar satu atau lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama
oleh karena matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga
memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan
meneruskan gen resistensi pada keturunannya.
Resistensi terhadap insektisida pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun
1914 oleh AL Melander. Penggunaan kapur sulfur untuk mematikan hama pada
anggrek pada satu minggu pertama percobaan. Namun ketika dilakukan pengulangan
perlakuan insektisida, 90% hama tetap hidup. Tingkat resistensi serangga hama
pada insektisida terus meningkat seiiring dengan kemunculan dan pemakaian
berbagai jenis insektisida sintetik pada tahun-tahun berikutnya.
Minggu, 28 Oktober 2012
FORMULASI CAIR PADA
PESTISIDA
A. Pengertian Pestisida
Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang dimaksud
Pestisida
adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang
dipergunakan untuk :
♦
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
♦
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
♦
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
♦
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman,
tidak termasuk pupuk.
♦
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan
dan ternak.
♦
Memberantas atau mencegah hama-hama air.
♦
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
♦
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi
dengan
penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
B.
Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
Ditinjau
dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat
dibedakan
menjadi beberapa jenis antara lain:
1.
Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani
berarti
tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk
membunuh
tungau atau kutu.
2.
Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti
ganggang laut,
berfungsi
untuk membunuh alge.
3.
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung,
fungsinya
sebagai
pembunuh atau penolak burung.
4.
Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani
bakron,
berfungsi
untuk membunuh bakteri.
5.
Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos
yang
artinya
jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat
bersifat
fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan
pertumbuhan
cendawan).
6.
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,
berfungsi
untuk membunuh gulma.
7.
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan,
keratan
segmen
tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
8.
Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya
berselubung tipis
atau
lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
9.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema
berarti
benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
10.
Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi
untuk merusak
telur.
11.
Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma,
berfungsi
untuk
membunuh kutu atau tuma.
12.
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan,
berfungsi untuk
membunuh
ikan.
13.
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat
berfungsi
untuk
membunuh binatang pengerat.
14.
Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga
pelubang
kayu
berfungsi untuk membunuh rayap.
C.
Bentuk Formulasi Pestisida
1.
Formulasi Cair
Formulasi
pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang
dapat
diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan
dalam
air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang
dicairkan
(LG).
Pedoman
Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
a. Pekatan yang
diemulsikan
Formulasi
pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable
Concentrate
(yang lazim disingkat EC)
merupakan formulasi
dalam
bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif
dalam
pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau bahan
pengemulsi.
Formulasi
untuk penyemprotan penggunaan perlu diencerkan
dengan
air, sehingga formulasi ini akan segera menyebar dan
membentuk
emulsi serta memerlukan sedikit pengadukkan.
Pestisida
yang termasuk formulasi pekatan yang dapat
diemulsikan
mempunyai kode EC di belakang nama dagangnya.
b. Pekatan yang larut
dalam air
Formulasi
yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate
(SL)
merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang
dilarutkan
dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik
dengan
air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu
diencerkan
dengan air kemudian disemprotkan.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di
belakang
nama dagangnya.
c. Pekatan Dalam Air
Formulasi
pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate (AC)
merupakan
pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya
pestisida
yang diformulasikan sebagai pekatan dalam air adalah
bentuk
garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan
tinggi
dalam air.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode AC di
belakang
nama dagangnya.
Pedoman
Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
d. Larutan Dalam Minyak
Pekatan
dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah
formulasi
cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi
tinggi
yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti
xilin
atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah
diencerkan
dalam hidro karbon yang lebih murah seperti solar
kemudian
disemprotkan atau dikabutkan (Fogging).
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode OL di
belakang
nama dagangnya.
e. Aerosol
Formulasi
pestisida aerosol adalah formulasi cair yang
mengandung
bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik.
Ke
dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan
kemudian
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan
yang
siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode A di
belakang
nama dagangnya.
f. Gas yang dicairkan
atau Liquefied Gases
Formulasi
ini adalah formulasi pestisida bahan aktif dalam bentuk
gas
yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan.
Formulasi
pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi ke dalam
ruangan
atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke
dalam
tanah.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode LG di
belakang
nama dagangnya.
Pedoman
Pembinaan
Penjelasan
lainnya adalah :
a.
Emulsifiable
Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC)
Merupakan sediaan berbentuk pekatan
(konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena
menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air
akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair
lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang
paling banyak digunakan saat ini.
Menurut Butarbutar (2009), EC
(emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang
diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar
terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak
dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen
(sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh
dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan
bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan
butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75% dari
seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi
Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan
dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan
diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam. Contoh:
grothion 50 EC, Basudin 60 EC
b.
Water Soluble Concentrate (WCS
Merupakan formulasi yang mirip
dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka
konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan
membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara
disemprotkan. Contoh: Azidrin 15 WSC.
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya yang dimorfulasikan dalam bentuk garam herbisida asam yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: 2-metil-4-klorofenoksiasetat (MCPA) dan 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D).
d. Soluble Liquid (SL)
Merupakan
pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan.
Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
f. Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat)
Adalah
formulais cair yang berisi bahan aktif dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan
dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau nafta. Penggunaannya
biasa diencerkan dengan pelarut hidrokarbon yang lebih murah (missal solar),
baru disemprotakan atau dikabutkan (fogging). Contoh: Sevin 4 Oil.
g. Formulasi aerosol
Dalam
hal ini pestisida dilarutkan dalam elarut organik, dalam kosentrasi rendah
dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas dalam bentuk
aerosol siap pakai. Contoh: Flygon aerosol.
h. Bentuk cair yang
mudah menguap (liquefied gases)
Pestisida
ini terdapat dalam bentuk gas yang dimanpatkan pada tekanan tertentu dalam
suatu kemasan. Penggunaannya ialah dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau
tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Contoh: Methyl bromide.
3. Kode Formulasi
pada Nama DagangBentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan di belakang nama dagangnya. Adapun prinsip pemberian nama dagang sebagai berikut:
a. Jika diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang menunjukkan kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida Karmex 80 WP mengandung 80% bahan aktif. Insektisida Furadan 3 G berarti mengandung bahan aktif 3%.
b. Jika diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang menunjukkan jumlah gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter produk. Sebagai contoh, fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan aktif dalam setiap liter produk Score 250 EC.
c. Jika produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka kandungan bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan garis miring. Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP mengandung bahan-bahan aktif metalaksil-M 4% dan mankozeb 64% dan diformulasi dalam bentuk WP.
Langganan:
Postingan (Atom)