Powered By Blogger

Social Icons

Pages

Selasa, 30 Oktober 2012

DEFINISI PENGUKURAN SUDUT Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi sudut.Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1O = 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk system metrik, satuan sudut adalah radian. Satu derajat (1°)= , dimana: 1. Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca hasil pengukurannya, 2. ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara menggunakannya. Pengukuran Sudut langsung adalah kita mendapat jarak mendatar langsung di lapangan. Sedangkan pengukuran sudut tak langsung kita mendapat jarak mendatar tidak langsung di lapangan. Dalam pengukuran sudut dapat digunakan beberapa busur. Diantara nya busur baja. Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya. Sudut pada bidang horizontal 1. Teodolit adalah instrumen yang digunakan untuk membaca arah pada suatu bidang horizontal dan kemiringan ( inklinasi ) pada suatu bidang vertical. 2. Perbedaan-perbedaan arah beberapa titik yang diamati terbaca dalam skala horizontal. Sudut-sudut yang terbentuk dari beberapa titik tersebut dihitung dari bacaan arah-arah ini. Penting untuk difahami, sudut yang terbentuk pada bidang horizontal 3. Jika arah ke titik P dan Q dibaca dari titik R, sudut horizontal yang terbentuk dirumuskan P’RQ’, sudut horizontal yang melalui R bukanlah sudut PRQ. Konsep ini sangat mendasar untuk memahami cara kerja teodolit. Jika sumbu vertical teodolit ini benar-benar vertical, semua sudut yang dihitung adalah sudut-sudut pada bidang horizontal melaui sumbu horizontal instrument. 4. Pengukuran sudut horizontal antara dua buah target merupakan pengukuran paling sederhana dalam traverse. Karena hanya ada dua target, pengukuran relatif singkat, dengan demikian kesalahan residual akibat kevertikalan sumbu dan naik turunnya statif (twisting) secara praktis terhindarkan. Untuk pengukuran yang teliti, umumnya pengamatan dilakukan dalam dua posisi; biasa dan luar biasa; dan dihitung rata-rata keduanya. Setelah setting bacaan nol pada target R.O (Reference object), atau pada bearing yang telah ditentukan, urutan-urutan pengukurannya sebagai berikut: a. Posisi biasa. Putar searah jarum jam. Amati terget-kiri ( R.O ) b. Posisi biasa. Putar searah jarum jam. Amati target-kanan c. Posisi luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati target-kanan d. Posisi luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati terget-kiri ( R.O ) e. Pengamatan ini lengkap satu set atau umumnya disebut satu serirangkap. Pada metoda ini diperoleh empat bacaan horizontal dan dua sudut. Sudut yang digunakan untuk hitungan adalah rata-ratanya. Jadi, jika diamati n seri rangkap diperoleh 4n bacaan horizontal dan 2n sudut baik pada posisi biasa maupun luar biasa. f. Jika diinginkan pengamatan yang lebih akurat, beberapa seri tambahan dapat dilakukan. Seri kedua dapat dilakukan dengan mengubah bidikan R.O menjadi 900. Jika empat seri pengamatan, pengubahan bidikan R.O nya menjadi 00, 450, 900, 1350. Dengan kata lain, jika n set pengamatan dikehendaki, [engubahan bidikan R.O nya berubah dengan interval 1800/ n. Jika mengubah bidikan R.O, bacaan menit detiknya juga harus diubah. g. Dalam triangulasi dan pekerjaan koordinat polar, umum diukur beberapa target sekaligus dari satu stasiun. Urutannya sama seperti yang dijelaskan diatas kecuali dengan tambahan beberapa target, sebagai berikut: h. Biasa. Putar searah jarum jam. Amati target- target: 1 ( RO ), 2, 3, 4, 5, ....n. luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati target-target dengan urutan terbalik: 5, 4, 3, 2, 1 ( RO ). Pengamatan ini lengkap satu set. i. Jika diinginkan pengamatan yang lebih akurat , beberapa set tambahan dapat saja dilakukan, seperti yang telah diterangkan diatas. j. Mungkin diinginkan setiap setengah set berakhir pada RO. Dalam kasus ini, setengah set pertama , biasa, putar searahjarum jam, yang urutannya akan menjadi: 1 ( RO ), 2, 3, 4, 5, ..., r, 1 ( RO ). Setengah set keduanya adalah luar biasa, putar berlawanan arah jarum jam, yang urutannya akan menjadi : 1 (RO), 5, 4, 3, 2, 1 ( RO ) . Hasil hitungan diratakan dan setiap perbedaan yang terjadi pada pembacaan R.O diratakan dalam keseluruhan set itu. Jika nivo tabung tergeser selama waktu pengukuran, pembetulan kembali dapat dilakukan pada akhir setenah set, jangan pernah meratakan ditengah-tengah waktu pengamatan setengah set.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar