Insektisida
1.Pengertian
Insektisida adalah
bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga.
Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu
tanama. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
2.Sejarah penggunaan insektisida
Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan sabun untuk mengontrol
pertumbuhan hama serangga sejak awal tahun 1800an. Di awal abag ke 19, sabun
yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan. Cara-cara tersebut cukup
efektif, meski harus diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan
tanaman. Belakangan diketahui juga adanya penggunaan campuran bawang putih,
bawang merah, dan lada atau berbagai jenis makanan lainnya, namun tidak cukup
efektif membunuh serangga.
Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930an dan mulai
meluas setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada tahun 1945 hingga 1965,
insektisida golongan organoklorin dipakai secara luas baik
untuk pertanian maupun kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah
insektisida DDT
yang dikomersialkan sejak tahun 1946. Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida
sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pirethroid pada tahun 1970an.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap
serangga mulai digunakan
3.Jenis-jenis insektisida
Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik.Insekstisida organik mengandung unsur
karbon sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida organik umumnya
bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida
hayati.
a.Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi
beberapa golongan besar:
Ø Senyawa
Organofosfat
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan
fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos,
Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan
Malathion.
Ø Senyawa
Organoklorin
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan
klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini
mashi tetap aktif hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida
golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin
adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.
Ø Karbamat
Insektisida golongan karbamat
diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan
meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Namun, insektisida karbamat akan
terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering
dipakai adalah bendiokarbamat.
Ø Pirethrin/
Pirethroid Sintetik
Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat
fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan
senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk
insektisida ini adalah Permethrin.
Ø Pengatur Tumbuh
Serangga
Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan dalam siklus
pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal. Beberapa contoh
produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.
Ø Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga.
Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat
toksisitasnya yang tinggi. Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br),
Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.
b.Insektisida Hayati
Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun
terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga.
- Silica (SiO2)
merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung
lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida
jenis ini sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun
dari molekul diatom Bacillariophyceae.
- Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida
anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
- Pirethrum adalah
insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan.
Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang baik pada
konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa
ini sangat mahal.
- Rotenon adalah
insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris. Senyawa ini
berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh hama.
- Neem merupakan
ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan Neem sebagai
insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem mengganggu aktivitas
sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan
kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga berperan
sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus
berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.
- Bakteri Bacillus
thuringiensis memproduksi toksin Bt yang dapat
mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan
menyebabkan saluran pencernaan serangga berlubang sehingga berujung pada
kematian. Para peneliti telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam
produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan
tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt merupakan salah satu organisme
transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.
4.Efek penggunaan insektisida
Pada tahun 1960, Rachel Carson
menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida
berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut menyorot
penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif, sekaligus
menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan.
Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti
burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga
dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
Insektisida
seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan
semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya.
Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak
mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru
mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida.
pada hasil panen yang nantinya akan
menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang
meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap
1 jam 45 menit akibat pestisida dan atau insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan
di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah,
serta mengganggu ekosistem perairan.
5.Resistensi insektisida
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu dalam
populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski
terpapar satu atau lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama
oleh karena matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga
memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan
meneruskan gen resistensi pada keturunannya.
Resistensi terhadap insektisida pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun
1914 oleh AL Melander. Penggunaan kapur sulfur untuk mematikan hama pada
anggrek pada satu minggu pertama percobaan. Namun ketika dilakukan pengulangan
perlakuan insektisida, 90% hama tetap hidup. Tingkat resistensi serangga hama
pada insektisida terus meningkat seiiring dengan kemunculan dan pemakaian
berbagai jenis insektisida sintetik pada tahun-tahun berikutnya.