Powered By Blogger

Social Icons

Pages

Selasa, 30 Oktober 2012

FORMULASI GAS ( FUMIGASI ) DEFINISI Fumigasi : Fumigation adalah usaha pemberantasan total segala jenis hama dengan pestisida berbentuk Gas yang masuk ke tubuh hama melalui Inhalasi ( pada tikus) atau lubang Spirakel ( pada serangga) dan menyebabkan kematian. Teknis dan metode aplikasi, kita mengacu pada komoditif dan kondisional yang ada. KEUNTUNGAN o Menjangkau hama hingga ke tempat yang paling sulit / tersembunyi (di dalam komoditi) o Efektif mengendalikan seluruh stadia hama (telur, larva, pupa & imago) o Tidak meninggalkan residu sehingga tidak berbahaya bagi konsumen akhir o Tidak merusak / merubah komoditi (fisik & komposisi). JENIS – JENIS FUMIGASI A. Berdasarkan kebutuhan penanganannya : Fumigasi PERAWATAN Dilakukan untuk mengendalikan hama bagi komoditas (produk) dalam penyimpanan (storage) maupun properti (rumah, gedung dll.) Fumigasi TINDAKAN KARANTINA Pengendalian hama bagi komoditas sebagai suatu syarat karantina. Umumnya dilakukan untuk kepentingan eksport. B. Menurut aplikasi pengerjaannya, Fumigasi Era-Pest terbagi menjadi : Space Fumigation Perlakuan fumigasi pada seluruh wadah / ruangan. Misal : silo, kapal, rumah dll. Under Sheet Fumigation Pelaksanakan terbatas pada komoditas yang akan difumigasi dengan melakukan penyungkupan dibawah plastik. Container Fumigation Fumigasi untuk komoditas di dalam container. Under Plastic Sheet Fumigation Pallet Fumigation inside container (ISPM#15) Container Fumigation (BARANTAN-AQIS) Space Fumigation – Silo C. Standard pengerjaan fumigasi PT. ERARESIK HUNIAN Barantan-AQIS Fumigasi dengan standar pengerjaan yang sesuai dengan persyaratan Badan Karantina Nasional (Barantan) - Departemen Pertanian dan AQIS (The Australian Quarantine and Inspection Service). Pengerjaan ini biasanya dilakukan untuk kebutuhan ekspor. VERIFIKASI A. Komoditi • Komoditi dipastikan layak untuk di fumigasi. • Kemasan komoditi dapat ditembus oleh fumigant, tidak terbungkus oleh plastik atau bahan lainnya yang kedap udara. • Tumpukan komoditi memungkinkan untuk dilakukannya fumigasi. B. Jenis Hama, Dosis dan temperature • Mengetahui jenis hama yang menjadi target pengendalian. • Mengetahui dosis fumigant yang akan digunakan untuk mengendalikan suatu jenis hama. Temperatur / suhu ruang fumigasi sekitar antara 21-32 °C . C. Waktu Fumigasi • Tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan fumigasi. • Waktu pelaksanaan fumigasi selama1 x 24 jam. D. Lokasi Tempat Fumigasi • Ventilasi udara cukup baik untuk melakukan pelepasan dan pembebasan Fumigan. • Tersedia cahaya yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan aman. • Terlindung dari angin yang cukup kencang dan hujan. • Lingkungan aman dan jauh dari tempat tinggal/kegiatan orang • Lantai kedap gas dan terbebas dari batu atau benda yang tajam PERSIAPAN FUMIGASI A. Persiapan Pengamanan & Keselamatan • Lakukan pemberitahuan kepada pihak keamanan setempat dan pelanggan tentang kegiatan fumigasi yang akan dilakukan. • Cari tahu lokasi rumah sakit/klinik terdekat dari lokasi fumigasi • Pastikan bahan lokasi telah aman untuk melakukan fumigasi • Pasang batas “danger area” disekeliling area fumigasi B. Persiapan Komoditi • Pastikan lantai penumpukan komoditas sesuai untuk kegiatan fumigasi. • Pastikan gas bisa tersalur dan tersebar diantara komoditi • Pastikan bahwa kipas angin dapat terpasang didalam ruang fumigasi • Pastikan komoditi dapat menyerap fumigant C. Pemasangan Selang Distribusi dan Monitor • Selang distribusi harus dipasang secara merata. Apabila lebih dari satu selang maka panjang dan diameternya harus sama panjang. • Pasang kipas angin diujung masing-masing selang distribusi, jika fumigasi dalam container, kipas angina harus diletakan didalam sehingga pintu harus dibuka, minimal sebelah. • Pasang selang monitor minimal pada 3 tempat yaitu atas, tengah dan bawah. D. Penutupan komoditas dengan cover sheet 1. Tutup komoditas dengan cover sheet. 2. Pada keempat sisi lebihkan minimal 50 cm pada bagian bawah yang bersentuhan dengan lantai. 3. Kelebihan pada bagian sudut dilipat seperti amplop atau digulung supaya ketat & rapih. 4. Bagian plastik yang sobek agar ditambal. 5. Rapatkan pertemuan plastik dengan lantai dengan menggunakan 2 baris sand snakes yang tersusun over lapping. 6. Ukur dimensi panjang x lebar x tinggi tumpukan komoditas atau kontainer. 7. Hitung besarnya dosis fumigant yang akan digunakan (hubungkan dengan temperatur komoditas). 8. Untuk fumigasi dengan menggunakan kontainer, harus menggunakan cover sheet apabila container tidak kedap oleh gas atau bocor. E. Persiapan penyaluran Gas 1. Tempatkan tabung silinder gas diatas timbangan 2. Rangkai selang dari tabung MB dengan alat pemanas serta selang distribusi. 3. Hidupkan kipas angin. 4. Siapkan lampu detector halida atau electronic leak detector. 5. Pastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan didalam area fumigasi. 6. Periksa air di dalam pemanas apakah sudah cukup panas. PELAKSANAAN FUMIGASI Pelepasan Gas o Pastikan peralatan safety berfungsi dengan baik. o Pasang peralatan safety dengan baik & benar. o Lepaskan gas secara perlahan selama 30 detik kemudian tutup kembali. o Periksa dan tutup kebocoran pada sambungan-sambungan. o Apabila tidak terdapat kebocoran, lepaskan gas sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. o Catat waktu selesainya pelepasan Gas. Pemeriksaan kebocoran Gas o Periksa sekeliling area fumigasi dengan menggunakan leak detector untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran gas. o Apabila terdapat kebocoran, segera perbaiki dengan cara menambal atau menambah penempatan sand snakes. o Jenis peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran bisa berupa lampu halida atau elektronik leak detector. o Matikan kipas angin 15 menit setelah selesainya pelepasan gas. MONITORING o Tujuan monitoring secara umum adalah untuk mengetahui besarnya kosentrasi gas didalam ruang fumigasi pada waktu tertentu. o Monitoring dilakukan minimal 2 kali yaitu pada tahap awal dan akhir fumigasi. o Monitoring awal bertujuan untuk mengetahui kapan dimulainya kegiatan fumigasi. o Monitoring awal dilakukan 30-60 menit selesainya pelepasan gas. o Tujuan monitoring akhir adalah untuk mengetahui keberhasilan fumigasi. o Monitoring akhir dilakukan pada saat masa fumigasi berakhir. AERASI A. Tahapan aerasi 1. Pastikan perlengkapan safety/ berfungsi dengan baik. 2. Pasang perlengkapan safety (masker) sebelum memasuki area fumigasi. 3. Lepaskan tali pengikat plastik di sekeliling ruang fumigasi. 4. Aktifkan kipas angin. 5. Singkirkan sand snake di depan pintu ruang fumigasi kemudian angkat cover sheet secukupnya pada kedua sisi lalu jepit. 6. Catat waktu pembukuan cover sheet. 7. Biarkan selama 15 menit, kemudian angkat lagi cover sheet ke arah yang lebih tinggi. 8. Biarkan selama 15 menit kemudian matikan kipas angin. 9. Lakukan test dengan menggunakan lampu halida atau electronic leak detector. 10. Apabila gas sudah tidak terdeteksi dengan leak detector, ukur TLV dengan menggunakan dragger pump. 11. Apabila kosentrasi gas telah berada pada 5 ppm atau kurang, area fumigasi dapat dikatakan aman. PEMBENAHAN ALAT 1. Pastikan keran silinder tabung CH3Br telah tertutup rapat kemudian simpan pada tempatnya. Penyimpanan/ pengangkutan tabung tidak boleh dalam posisi miring atau rebah. 2. Pastikan canister telah dilepaskan dari masker & waktu penggunaannya telah dicatat. 3. Pastikan interferometer telah bebas dari fumigan & skalanya telah berada pada posisi nol. 4. Lipat cover sheet dengan cara yang benar & rapih untuk memudahkan penggunaan berikutnya. 5. Pastikan seluruh peralatan tidak ada yang tertinggal di lokasi fumi PELAPORAN 1. Isi lembar catatan fumigasi setelah seluruh rangkaian kegiatan fumigasi telah selesai dan harus difile dengan baik. 2. Buat sertifikat bebas gas sebagai jaminan bahwa area fumigasi telah bebas dari pengaruh gas dan dinyatakan aman untuk dimasuki oleh manusia. 3. Buat sertifikat fumigasi sebagai bukti bahwa komoditi telah diberi perlakuan fumigasi. Demikian SOP Fumigasi dengan CH3Br ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
DEFINISI PENGUKURAN SUDUT Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi sudut.Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1O = 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk system metrik, satuan sudut adalah radian. Satu derajat (1°)= , dimana: 1. Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca hasil pengukurannya, 2. ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara menggunakannya. Pengukuran Sudut langsung adalah kita mendapat jarak mendatar langsung di lapangan. Sedangkan pengukuran sudut tak langsung kita mendapat jarak mendatar tidak langsung di lapangan. Dalam pengukuran sudut dapat digunakan beberapa busur. Diantara nya busur baja. Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya. Sudut pada bidang horizontal 1. Teodolit adalah instrumen yang digunakan untuk membaca arah pada suatu bidang horizontal dan kemiringan ( inklinasi ) pada suatu bidang vertical. 2. Perbedaan-perbedaan arah beberapa titik yang diamati terbaca dalam skala horizontal. Sudut-sudut yang terbentuk dari beberapa titik tersebut dihitung dari bacaan arah-arah ini. Penting untuk difahami, sudut yang terbentuk pada bidang horizontal 3. Jika arah ke titik P dan Q dibaca dari titik R, sudut horizontal yang terbentuk dirumuskan P’RQ’, sudut horizontal yang melalui R bukanlah sudut PRQ. Konsep ini sangat mendasar untuk memahami cara kerja teodolit. Jika sumbu vertical teodolit ini benar-benar vertical, semua sudut yang dihitung adalah sudut-sudut pada bidang horizontal melaui sumbu horizontal instrument. 4. Pengukuran sudut horizontal antara dua buah target merupakan pengukuran paling sederhana dalam traverse. Karena hanya ada dua target, pengukuran relatif singkat, dengan demikian kesalahan residual akibat kevertikalan sumbu dan naik turunnya statif (twisting) secara praktis terhindarkan. Untuk pengukuran yang teliti, umumnya pengamatan dilakukan dalam dua posisi; biasa dan luar biasa; dan dihitung rata-rata keduanya. Setelah setting bacaan nol pada target R.O (Reference object), atau pada bearing yang telah ditentukan, urutan-urutan pengukurannya sebagai berikut: a. Posisi biasa. Putar searah jarum jam. Amati terget-kiri ( R.O ) b. Posisi biasa. Putar searah jarum jam. Amati target-kanan c. Posisi luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati target-kanan d. Posisi luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati terget-kiri ( R.O ) e. Pengamatan ini lengkap satu set atau umumnya disebut satu serirangkap. Pada metoda ini diperoleh empat bacaan horizontal dan dua sudut. Sudut yang digunakan untuk hitungan adalah rata-ratanya. Jadi, jika diamati n seri rangkap diperoleh 4n bacaan horizontal dan 2n sudut baik pada posisi biasa maupun luar biasa. f. Jika diinginkan pengamatan yang lebih akurat, beberapa seri tambahan dapat dilakukan. Seri kedua dapat dilakukan dengan mengubah bidikan R.O menjadi 900. Jika empat seri pengamatan, pengubahan bidikan R.O nya menjadi 00, 450, 900, 1350. Dengan kata lain, jika n set pengamatan dikehendaki, [engubahan bidikan R.O nya berubah dengan interval 1800/ n. Jika mengubah bidikan R.O, bacaan menit detiknya juga harus diubah. g. Dalam triangulasi dan pekerjaan koordinat polar, umum diukur beberapa target sekaligus dari satu stasiun. Urutannya sama seperti yang dijelaskan diatas kecuali dengan tambahan beberapa target, sebagai berikut: h. Biasa. Putar searah jarum jam. Amati target- target: 1 ( RO ), 2, 3, 4, 5, ....n. luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati target-target dengan urutan terbalik: 5, 4, 3, 2, 1 ( RO ). Pengamatan ini lengkap satu set. i. Jika diinginkan pengamatan yang lebih akurat , beberapa set tambahan dapat saja dilakukan, seperti yang telah diterangkan diatas. j. Mungkin diinginkan setiap setengah set berakhir pada RO. Dalam kasus ini, setengah set pertama , biasa, putar searahjarum jam, yang urutannya akan menjadi: 1 ( RO ), 2, 3, 4, 5, ..., r, 1 ( RO ). Setengah set keduanya adalah luar biasa, putar berlawanan arah jarum jam, yang urutannya akan menjadi : 1 (RO), 5, 4, 3, 2, 1 ( RO ) . Hasil hitungan diratakan dan setiap perbedaan yang terjadi pada pembacaan R.O diratakan dalam keseluruhan set itu. Jika nivo tabung tergeser selama waktu pengukuran, pembetulan kembali dapat dilakukan pada akhir setenah set, jangan pernah meratakan ditengah-tengah waktu pengamatan setengah set.
ZAT PENGATUR TUMBUH ( ZPT ) I. PENDAHULUAN Latar belakang Zat pengatur tumbuh atau sering kita sebut dengan ZPT mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. Zat pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat Pengatur Tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu Auxin, giberelin, sitokinin, ethylene generators dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis. Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada pucuk, dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya Indole Ring. Sedangkan yang dimaksud dengan giberelin adalah senyawa yang mengandung Gibban skeleton, menstimulasi pembelahan sel (cell division), perpanjangan sel atau keduanya. Zat Pengatur Tumbuh sitokinin adalah senyawa yang mempunyai bentuk dasar adenine (6-amino purine) yang mendukung terjadinya pembelahan sel. Ethylene generators senyawa yang terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen. Dalam keadaan normal ZPT ini akan berbentuk gas, mempunyai peranan dalam proses pematangan buah dalam fase climacteric. ZPT yang terakhir adalah Inhibitor yang berperan dalam penghambatan proses biokimia dan proses fisiologis bagi aktivitas keempat Zat Pengatur Tumbuh diatas. Kelima ZPT diatas secara syntetik telah dibuat untuk keperluan pertanian dan research, yang tentunya akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan alam dan pertanian. ( Maspary,2010.http//www.gerbangpertanian.com ) II. PEMBAHASAN 1. Auksin Auksin digunakan pada buah-buahan untuk menambah produk pertanian. Auxin membantu dalam perakaran dan meningkatkan pembentukan bunga. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara menyeluruh. Diduga auxin bekerja mengontrol pembesaran sel dengan suatu pelepasan dinding sel sehingga menambah perluasan dinding sel. Pengaruh auxin terhadap pertumbuhan tanaman adalah: Jumlah dan kepadatan akar lateral serta menurunkan kadar IAA pada akar dan aliran IAA (IndolaceticAcid ) menuju akar. Namun, reduksi akar lateral ini hanya terjadi pada daerah yang mengalami kontak langsung dengan NPA (naphthylphthalamic acid ). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan akar lateral pada Arabidopsis dihambat oleh NPA dan IAA apical (yang berasal dari batang). Akan tetapi, kondisi tersebut dapat dikembalikan oleh auksin yang ada pada akar. 2. Giberelin Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosintesis GA. Pengaruh giberalin terhadap pertumbuhan tanaman adalah : Giberelin sangat berpengaruh terhadap genetis seperti pembungaan, penyinaran, partenokarpi. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas cambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein. ( Anonim, 2003.http.www.plant-hormones.info) 3. Sitokinin Golongan sitokinin sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin) berarti "terkait dengan pembelahan sel). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP. Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan tanaman : Mendorong penyempurnaan hubungan pembuluh antara tunas lateral dengan batang, tambahan sitokinin juga dapat menyebabkan terjadinya pembelahan sel dalam bagian ujung dari tunas lateral dan mengubah nya menjadi meristem aktif. Kegiatan meristemik ini membutuhkan auksin untuk mempertahankan laju metabolismenya yang tinggi dan pemanjangan sel. 4. Ethylene generators Ethylene generators adalah zat pengatur tumbuh yang menghambat dalam proses biokimia dan fisiologis bagi aktivitas keempat zat pengatur tumbuh di atas, seperti mencegah pembentukan pertunasan pada tembakau dan memperpendek batang. Contoh mepiquat chloride (Pix) yang digunakan pada kapas untuk menghambat tinggi tanaman. Pengaruh Ethylene generators pada pertumbuhan adalah : pada daun pengembangan dan respon mengurangi pertumbuhan tunas. 5. Inhibitor Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia. Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi. Inhibitor adalah suatu bahan (kimia) apabila ditambahkan sedikit (konsentrasi) kedalam suatu lingkungan dapat mengurangi laju korosi. inhibitor di bedakan dalam beberapa jenis:  Inhibitor jenis penjerap (adsorption)  Inhibitor racun evolusi hydrogen  Scavengers  Oxidizers  Inhibitor fasa uap pengaruh inhibitor terhadap pertumbuhan tanaman adalah : Menghambat reaksi fotosintesis, respirasi, transpirasi. ( Anonim,2010. http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2141592-inhibitor/#ixzz2ADvvovSY )
Macam-macam varietas 1. D x P PPKS 540 (High mesocarp) DxP PPKS 540 merupakan varietas kelapa sawit yang memiliki kandungan mesokarp yang sangat tinggi (high mesocarp), hingga mencapai 90%. Varietas ini berasal dari persilangan antara tetua turunan Dura Deli (PA 131 D self dan TI 221 D x GB 30 D) dengan pisifera turunan murni (pure line) SP 540 T. Tetua SP 540 T sendiri merupakan the best tenera yang dihasilkan oleh pemulia PPKS terdahulu, yang daya adaptasinya sangat luas dan memberikan tingkat produksi yang sangat tinggi. Kandungan mesokarp yang tinggi yang terdapat dalam varietas DxP PPKS 540, membuat varietas ini mampu menghasilkan rendemen minyak sebesar 27,4%, dan rata-rata produksi CPO sebesar 8,1 ton/ha/tahun. Rerata rendemen yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit saat ini berkisar pada 22-24%. Tingginya persentase mesokarp pada varietas ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan rendemen yang menjadi faktor penting dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Sebagai informasi, pada pengusahaan perkebunan seluas 10.000 ha, melalui peningkatan rendemen sebesar 1% akan diperoleh nett revenue sebesar Rp 5 milyar/tahun. Rerata produksi: 28,1 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 27,4% Produksi CPO: 8,1 ton/ha/tahun Rasio inti/buah: 5,3 % Pertumbuhan meninggi: 72 cm/tahun Harga: Rp. 7.000,- 2. D x P PPKS 718 (Big bunch) DxP PPKS 718 Untuk pekebun yang memiliki permasalahan kapasitas panen, DxP PPKS 718 merupakan jawabannya. Varietas ini memiliki karakter bobot tandan yang besar (big bunch), 10% lebih tinggi dari rerata bobot tandan umumnya. Rerata bobot tandan varietas pada umur 6 – 9 tahun sebesar 22,8 kg/tandan, dan produksi TBS rata-rata 27 ton/ha/tahun. Seperti umumnya bahan tanaman yang memilki bobot tandan tinggi, maka jumlah tandan yang diproduksinya akan tidak terlalu banyak. Namun demikian, dengan tingginya bobot tandan maka rerata produksi TBS varietas ini jauh lebih tinggi. Rerata produksi: 26,5 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 23,9% Produksi CPO : 6,9 ton/ha/tahun Rasio inti/buah : 8,7 % Pertumbuhan meninggi : 75 cm/tahun Harga: Rp. 7.000,- 3. D x P PPKS 239 (High CPO & PKO) Varietas DxP PPKS 239 merupakan varietas terbaru yang dirilis pada tahun 2010. Varietas ini memiliki keunggulan dalam produksi CPO dan PKO (palm kernel oil). DxP PPKS 239 dapat menghasilkan TBS tinggi, baik pada usia muda maupun dewasa. Didukung oleh karakter rendemen minyak yang tinggi, varietas DxP PPKS 239 menghasilkan 8,4 ton CPO/ha/tahun, dan bahkan pada percobaan mampu menghasilkan sampai 9,7 ton CPO/ha/tahun. Selain itu, varietas ini juga dapat menghasilkan PKO 0,7 – 0.9 ton/ha/tahun. Dengan mempertimbangkan tingkat produksi CPO dan PKO yang tinggi, varietas DxP PPKS 239 dapat menjadi alternatif bagi pekebun yang ingin mendapatkan total economic value yang lebih tinggi dari kedua jenis minyak tersebut. Rerata produksi: 32 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 25,8% Produksi CPO: 8,4 ton/ha/tahun Produksi PKO: 1,3 ton/ha Rasio inti/buah: 8,9 % Pertumbuhan meninggi: 62,5 cm/tahun Harga: Rp. 7.000,- 4. D x P Simalungun D x P simalungun berpotensi menghasilkan 7,53 ton CPO / ha / th pada umur 6-9 tahun , merupakan material hasil persilangan dari tertua dura terbaik hasil seleksi siklus kedua program pemuliaan reciprocal recurren selection ( RRS ) dan tetua pisifera keturunan SP 540T yang dikenal sebagai tetua pisifera terbaik. Pengujian projeni yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui potensi melalui keragaman keturunannya. Persilangan yang diuji pada program RRS siklus kedua merupakan rekombinasi dari tetua-tetua terbaik pada program RRS siklus pertama. Pengujian dilakukan terhadap 252 persilangan D x P / T di kebun Bah Jambi , kebun Marihat , kebun Tanjung Garbus dan kebun Rambutan. Berdasarkan hasil analisis , telah terpilih beberapa persilangan yang memiliki keunggulan dari aspek produksi bila dibandingkan dengan rerata produksi secara keseluruhan, yang kemudian dikelompokkan berdasarkan orijin tetua pisifera turunan SP 540 T yang memiliki potensi produksi CPO 9,3 – 13,9 % lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata seluruh persilangan. Kata kunci : bahan tanaman unggul, RRS, potensi produksi , karakteristik tetua, DP simalungun dan SP 540 T. Rerata produksi: 28,4 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 26,5% Produksi CPO: 7,53 ton/ha/tahun Rasio inti/buah: 9,2 % Pertumbuhan meninggi : 75-80 cm/tahun Harga: Rp. 7.000,- Rata-rata jumlah Tandan = 13 tandan /pohon/tahun Rata-rata berat tandan = 19,2 Kg Tandan Buah Segar ( TBS) Potensi = 33 ton/ha/tahun Panjang Pelepah = 5,47 Mtr Keunggulan : Pertumbuhan jagur, produksi tandan tinggi, rendemen minyak sangat tinggi, mulai berbuah sangat awal yaitu 22 bulan. Dapat ditanam di berbagai areal. 5. D x P Langkat Rerata produksi: 27,5 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 26,3% Produksi CPO: 7,23 ton/ha/tahun Rasio inti/buah: 9,3 % Pertumbuhan meninggi: 60-70 cm/tahun Harga: Rp. 7.000,- Rata-rata jumlah Tandan = 12,5 tandan /pohon/tahun Rata-rata berat tandan = 19,0 Kg Potensi = 31 ton/ha/tahun Inti/Buah = 9,3 % Pertumbuhan meninggi = 60 – 70 Cm/Tahun Panjang Pelepah = 5,31 Mtr Keunggulan : Pertumbuhan relatif jagur, produksi tandan tinggi, rendemen minyak sangat tinggi,. Dapat ditanam di berbagai areal. 6. Dy x P Sungai Pancur (Dumpy) Rerata produksi: 25-28 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 23-26% Produksi CPO: 6,5-7,3 ton/ha/tahun Rasio inti/buah : 6,5 % Pertumbuhan meninggi: 40-55 cm/tahun Harga: Rp. 7.000,- Rata-rata jumlah Tandan = 8 tandan /pohon/tahun Rata-rata berat tandan = 25,0 Kg Keunggulan : Pertumbuhan meninggi sangat lambat, tidak dianjurkan ditanam didaerah berlereng curam. Sangat cocok ditanam dilahan gambut. D x P Sungai Pancur Batu 2 Rata-rata jumlah Tandan = 9 tandan /pohon/tahun Rata-rata berat tandan = 24,0 Kg Tandan Buah Segar ( TBS) Rata-rata = 24-27 ton/ha/tahun Potensi = 30 ton/ha/tahun Rendemen = 23 – 25 % Crude Palm Oil ( CPO) Rata-rata = 6,2 – 6,8 Ton/Ha/Tahun Potensi = 7,6 Ton/Ha/Tahun Inti/Buah = 6,7% Pertumbuhan meninggi = 65 – 85 Cm/Tahun Panjang Pelepah = 6,50 Mtr Keunggulan : Produksi Tandan dan kandungan minyak tinggi. 7. D x P LaMe Rerata produksi: 26-27ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 23-26% Produksi CPO: 5,9-7 ton/ha/tahun Rasio inti/buah: 6,9 % Pertumbuhan meninggi: 50-70 cm/tahun Harga: Rp. 6.000,- 8. D x P Avros Rerata produksi: 24-27 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 23-26% Produksi CPO: 5,5-7 ton/ha/tahun Rasio inti/buah: 6,6 % Pertumbuhan meninggi: 60-80 cm/tahun Harga: Rp. 6.000,- Rata-rata jumlah Tandan = 12 tandan /pohon/tahun Rata-rata berat tandan = 16,0 Kg Potensi = 30 ton/ha/tahun Rendemen = 23 – 26 % Crude Palm Oil ( CPO) Rata-rata = 5,5 – 7,0 Ton/Ha/Tahun Potensi = 7,8 Ton/Ha/Tahun Pertumbuhan meninggi = 60 – 80 Cm/Tahun Panjang Pelepah = 6,08 Mtr Keunggulan : Produksi Tandan sangat tinggi terutama diawal pertumbuhan, tandan besar, tidak disarankan untuk ditanam diareal berlereng. 9. D x P Yangambi Rerata produksi: 25-28 ton TBS/ha/tahun Rendemen minyak: 23-26% Produksi CPO: 5,8-7,3 ton/ha/tahun Rasio inti/buah: 7,2 % Pertumbuhan meninggi: 60-70 cm/tahun Harga: Rp. 6.000,- Rata-rata jumlah Tandan = 13 tandan /pohon/tahun Rata-rata berat tandan = 16,0 Kg Pertumbuhan meninggi = 60 – 70 Cm/Tahun Panjang Pelepah = 6,09 Mtr Keunggulan : Produksi tandan tinggi, jumlah tandan banyak, ukuran tandan relatif kecil, kandungan minyak dalam tandan sangat baik, cocok ditanam di berbagai areal.

Senin, 29 Oktober 2012


Insektisida
1.Pengertian
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanama. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
2.Sejarah penggunaan insektisida
Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan sabun untuk mengontrol pertumbuhan hama serangga sejak awal tahun 1800an. Di awal abag ke 19, sabun yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan. Cara-cara tersebut cukup efektif, meski harus diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan tanaman. Belakangan diketahui juga adanya penggunaan campuran bawang putih, bawang merah, dan lada atau berbagai jenis makanan lainnya, namun tidak cukup efektif membunuh serangga.
Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930an dan mulai meluas setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada tahun 1945 hingga 1965, insektisida golongan organoklorin dipakai secara luas baik untuk pertanian maupun kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah insektisida DDT yang dikomersialkan sejak tahun 1946. Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pirethroid pada tahun 1970an.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga mulai digunakan
3.Jenis-jenis insektisida
Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik.Insekstisida organik mengandung unsur karbon sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida organik umumnya bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida hayati.
a.Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa golongan besar:
Ø  Senyawa Organofosfat
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan Malathion.
Ø  Senyawa Organoklorin
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini mashi tetap aktif hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.
Ø  Karbamat
Insektisida golongan karbamat diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Namun, insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering dipakai adalah bendiokarbamat.
Ø  Pirethrin/ Pirethroid Sintetik
Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk insektisida ini adalah Permethrin.
Ø  Pengatur Tumbuh Serangga
Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan dalam siklus pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal. Beberapa contoh produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.
Ø  Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga. Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat toksisitasnya yang tinggi. Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br), Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.
b.Insektisida Hayati
Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga.
  • Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida jenis ini sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun dari molekul diatom Bacillariophyceae.
  • Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
  • Pirethrum adalah insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan. Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang baik pada konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa ini sangat mahal.
  • Rotenon adalah insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris. Senyawa ini berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh hama.
  •  Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan Neem sebagai insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem mengganggu aktivitas sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga berperan sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.
  • Bakteri Bacillus thuringiensis memproduksi toksin Bt yang dapat mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan menyebabkan saluran pencernaan serangga berlubang sehingga berujung pada kematian. Para peneliti telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt merupakan salah satu organisme transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.
4.Efek penggunaan insektisida
Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan. Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
 Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya. Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida.
 pada hasil panen yang nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida dan atau insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu ekosistem perairan.
5.Resistensi insektisida
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu dalam populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski terpapar satu atau lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama oleh karena matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan meneruskan gen resistensi pada keturunannya.
Resistensi terhadap insektisida pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun 1914 oleh AL Melander. Penggunaan kapur sulfur untuk mematikan hama pada anggrek pada satu minggu pertama percobaan. Namun ketika dilakukan pengulangan perlakuan insektisida, 90% hama tetap hidup. Tingkat resistensi serangga hama pada insektisida terus meningkat seiiring dengan kemunculan dan pemakaian berbagai jenis insektisida sintetik pada tahun-tahun berikutnya. 

Minggu, 28 Oktober 2012

                      

Peran Pemuliaan Kelapa Sawit
1          Latar belakang
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha untuk menanamkan modalnya.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra Utara. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan sampai dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan kelapa sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri sampai dengan sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Setyawibawa dan Widyastuti, 1998).
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-tahun ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam pengembangan, pendekatan sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang seiring dengan waktu. Areal penanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Sampoerna Agro tersebar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah (Anonim, 2006)
 Devinisi pemuliaan tanaman
·           Pemuliaan Tanaman adalah Rangkaian lingkungan kegiatan penelitian atau pengujian Dan lingkungan kegiatan penemuan Dan pengembangan suatu varietas, Sesuai Artikel Baru menggunakan metoda baku untuk menghasilkan varietas Baru Dan mempertahankan kemurnian Benih varietas Yang dihasilkan. (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 years 2.000 tentang perlindungan varietas Tanaman)
·           Pemuliaan Tanaman adalah suatu Teknologi dan Seni untuk memanipuasi gen kromosom atau kemampuan Dan genetik Tanaman sehingga sifat-sifat mulia menjadi nihil Tanaman Dan lebih berguna Sesuai Artikel Baru keperluan manusia Yang Selalu MENINGKAT (Ahmad Baehaki Dalam, Nani Hermiati 2000. Diktat kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman.Fakultas Pertanian UNPAD Bandung)
·           Pemuliaan tanaman adalah ilmu, seni, dan bisnis untuk meningkatkan tanaman untuk manfaat manusia. (Bernardo, R. 2.002 Pemuliaan untuk sifat kuantitatif.. Stemma Press, Minneapolis, MN)
·           Pemuliaan Tanaman adalah Ilmu tentang perubahan susunan genetik sehingga memperoleh Tanaman Yang menguntungkan manusia (Poespodarsono Sumardjo. 1988 Dasar-EQUITY Ilmu. Oemuliaan tanaman.PAU IPB-Lembaga sumberdaya INFORMASI IPB).
·           Pemuliaan tanaman menyiratkan usaha manusia sadar bertujuan untuk meningkatkan lama dan mengembangkan varietas baru tanaman dalam rangka memenuhi permintaan untuk pakan manusia dan hewan. Borojevic Slavsko. 1990. Perkembangan ilmu tanaman: Prinsip dan metode pemuliaan tanaman. Elsevier. New York)
·           Pemuliaan tanaman adalah penggunaan teknik yang melibatkan tanaman menyeberang untuk menghasilkan varietas dengan karakteristik tertentu (sifat), yang dicatat di gen dari tanaman dan diwariskan kepada generasi mendatang tanaman.
·           Pemuliaan tanaman adalah ilmu, terapan multidisiplin. Ini adalah aplikasi dari prinsip-prinsip genetik dan praktek yang berhubungan dengan pengembangan kultivar lebih cocok dengan kebutuhan manusia daripada kemampuan untuk bertahan hidup di alam liar, melainkan menggunakan pengetahuan dari agronomi, botani, genetika, sitogenetika, genetika molekuler, fisiologi, patologi, entomologi, biokimia, dan statistik (Schlegel, RHJ 2003. Kamus pemuliaan tanaman.
·           Hasil akhir dari pemuliaan tanaman terutama ditingkatkan kultivar. Oleh karena itu, pemuliaan tanaman terutama ilmu organisme meskipun itu sungguh cocok untuk menerjemahkan informasi pada tingkat molekuler (DNA urutan, produk protein) menjadi fenotipe ekonomis penting. (Gepts Paulus dan Jim Hancock. 2006. Masa depan pemuliaan tanaman.
·           Definisi tradisional dari pemuliaan tanaman meliputi ilmu pengetahuan yang mengembangkan kultivar baru dan plasma nutfah baik, namun, banyak orang merasa definisi ini harus diperluas untuk mencakup ilmu yang berkontribusi terhadap perbaikan tanaman melalui penelitian pemuliaan (Ransom, C., C. Drake, K. Ando , dan J. Olmstead 2006
·           Sebuah definisi yang luas tentang pemuliaan tanaman biasanya mengacu pada tujuan manipulasi materi genetik melalui hibridisasi, mutasi, atau rekayasa genetika untuk menghasilkan genotipe baru yang diikuti dengan pemilihan individu yang luar biasa untuk membentuk kultivar yang merupakan populasi tanaman terkait dengan nilai ekonomi (Bliss A.Fredrick 2007..
·            Pemuliaan tanaman adalah manipulasi tujuan dari spesies tertentu tanaman dalam rangka menciptakan varietas yang diinginkan untuk mencapai tujuan tertentu. Manipulasi ini dapat dilakukan dalam beberapa cara. Hal ini dapat menjadi dengan cara penyerbukan terkendali atau manipulasi langsung dari gen tanaman seperti dalam rekayasa genetika. Hal ini biasanya berkembang menjadi strain seleksi buatan baru yang pada akhirnya akan mengarah pada domestikasi. Pemuliaan tanaman adalah praktek dalam membuat tanaman mengembangkan strain yang lebih baik untuk sedini ribuan tahun yang lalu. Ini dimulai dengan praktek domestikasi tanaman yang memungkinkan manusia awal untuk memproduksi dan tumbuh tanaman dengan sifat-sifat yang tidak diinginkan lebih sedikit dari strain liar. Banyak tanaman saat ini adalah hasil domestikasi tanaman selama zaman kuno.
PEMULIAAN KELAPA SAWIT KINI
Ketersediaan Material Genetik
Material genetik (Plasma nutfah) merupakan kunci utama dalam pengembangan program pemuliaan kelapa sawit. Saat ini, plasma nutfah kelapa sawit tersebar di areal komersial perkebunan kelapa sawit dan pusat-pusat riset kelapa sawit: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfindo, PT London Sumatra Indonesia, PT Dami Mas Sejahtera (SMART Tbk.), PT Tunggal Yunus Estate (Asian Agri Group), PT Bina Sawit Makmur (PT Sampoerna Agro Tbk), dan PT Tania Selatan Group, serta beberapa calon produsen benih kelapa sawit.
Plasma nutfah kelapa sawit umumnya terbagi atas dua sub heterotic group, dura dan pisifera. Plasma nutfah dura pada umumnya diturunkan dari 4 plasma nutfah dura yang berasal kebun raya Bogor tahun tanam 1848, hasil re-introduksi beberapa famili elit Deli dura seperti Dura Dumpy (E 206), dan introduksi terbatas populasi dura dari Afrika seperti dura-dura ex-Zaire dan Kamerun. Plasma nutfah pisifera di introduksi dari Afrika Barat sejak 1914.
Beberapa turunan plasma nutfah pisifera elit tercatat dimiliki oleh pusat-pusat riset kelapa sawit di Indonesia, seperti turunan pisifera SP 540, turunan pisifera BM 119, turunan pisifera Lame (L-series) ex-populasi BRT-10, pisifera Yangambi (YA-series), turunan pisifera Dami DM 742 dan DM 743, turunan pisifera Nigeria GHA 608 dan Ghana GHA 648, turunan pisifera Ekona CAM 236 dan CAM 243.
Selain E. guineensis, beberapa pusat riset juga memiliki plasma nutfah E. oleifera, antara lain beberapa generasi Elaeis oleifera dari Suriname dan Brazilia dan San Alberto (Colombia).
Strategi Utama Pemuliaan Kelapa Sawit
Seleksi Klasik. Pemuliaan klasik berbasis genetika kuantitatif merupakan pendekatan terpenting dalam menghasilkan bahan tanaman unggul. Beberapa strategi yang telah dikenal luas dalam pemuliaan kelapa sawit, antara lain Recurrent Reciprocal Selection (RRS) dan Family & Individual Palm Selection (FIPS).
Strategi ini pada prinsipnya memanfaatkan dua group utama, yaitu group dura dan group tenera/pisifera. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan tahapan evaluasi lapang maupun laboratorium untuk menentukan individu tanaman terbaik yang dilihat dari keragaan progeninya. Seleksi untuk menentukan tetua–tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih dilakukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Selain penentuan pohon induk untuk benih komersial, pada tahapan seleksi inijuga dipilih tetua-tetua yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik pada siklus pemuliaan berikutnya.
Kultur Jaringan. Kultur jaringan mempunyai dua kontribusi penting dalam pemuliaan sawit yaitu untuk pembiakan massal secara vegetatif dan untuk regenerasi jaringan yang telah ditransform oleh gen pengendali sifat tertentu dalam proses rekayasa genetika. Keberhasilan penerapan teknologi ini telah dilaporkan sejak pertengahan 1970-an. Saat ini sekitar 20-an laboratorium kultur jaringan di seluruh dunia berpacu dalam perbaikan dan up scalling proses kultur jaringan, menghasilkan rata-rata 10,000 – 200,000 plantlet per tahun (Wahid et al., 2004).
4.                  Manfaat pemuliaan pemuliaan kelapa sawit
Produktivitas CPO dapat ditingkatkan lebih lanjut sebanyak 8-10 ton/ha, dengan menggunakan germplasma unggul yang diperoleh melalui seleksi dan program pemuliaan tanaman yang panjang dengan menggunakan seleksi, metode screening DNA atau teknologi transgenik. sehingga tidak diragukan bahwa kombinasi program pemuliaan tanaman dengan manajemen yang lebih baik dan metode pengolahan yang lebih efisien dapat memberikan produktivitas lebih dari 20 ton/ha minyak pada masa mendatang.
Di Malaysia telah dikenal pasti beberapa pohon memiliki produktivitas tinggi yang dapat diperbanyak secara klon tanpa kehilangan produktivitas TBS. Secara teoritis beberapa populasi dapat menghasilkan 60 ton/ha. Sehingga kelapa sawit memiliki potensi besar tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar minyak nabati tetapi juga berfungsi sebagai sumber industri non makanan berupa produk Oleokimia. Pemulia telah mengambil pendekatan strategi terintegrasi. Selama satu dekade terakhir telah mengidentifikasi beberapa pusat plasma nutfah di Afrika dan Amerika Selatan asal domestikasi jenis kelapa sawit, Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Sejak tahun 2008 konsorsium dari 12 perusahaan Indonesia dan Malaysia telah melakukan eksplorasi ke Kamerun dan memperoleh 103 aksesi yang memiliki keragaman genetic yang tinggi. Material genetik yang diperoleh tentu masih memerlukan waktu untuk dapat digunakan menghasilkan varietas komersial.
Pengalaman pemuliaan Deli Dura sehingga mencapai kualitas seperti saat ini menunjukkan bahwa dibutuhkan eliminasi dari sifat-sifat genetic yang kurang menguntungkan dengan melakukan rekombinasi intra dan inter populasi. Seleksi massa, negatif maupun positif, dilakukan terhadap karakter-karakter yang oleh masing-masing breeder diperkirakan akan memberikan keuntungan di masa mendatang.
Sebagai contoh salah satu jenis Elaeis oleifera mempunyai kandungan lebih 65% oleat. Koleksi ini dan lainnya sering dievaluasi dan diteliti dengan menggunakan metode konvensional, molecular genetic maupun menggunakan biokimia. Penggunaan molecular marker sangat penting dalam program pemuliaan tanaman yang berkesinambungan untuk menghasilkan kombinasi perubahan profil asam lemak dan produktivitas minyak yang tinggi.
Strategi kedua yang dilakukan adalah diversifikasi komposisi asam lemak bebas dengan melibatkan tranformasi genetik (Transgenik) untuk memodulasi jalur biosintesis yang relevan. Teknologi ini melibatkan penambahan gen baru atau menekan aktivitas gen yang terlibat dalam metabolisme asam lemak. Strategi saat transformasi genetik melibatkan penggunaan RNA antisense dan mengatur gen thioesterase sehingga memungkinkan asam palmitat menjadi memanjang. Untuk memperoleh asam oleat tinggi untuk eksploitasi komersial cukup menggunakan promotor gen jaringan khusus, pendekatan serupa dapat digunakan untuk memanipulasi komposisi asam minyak kernel kelapa sawit. Sebagai contoh, pemilihan salah satu Plasto transgen dapat meningkatkan efisiensi ekspresi serta memfasilitasi bio-containment minyak sawit tanaman hasil transgenik. Transformasi melalui vektor Agrobacterium paling efisien juga sedang diselidiki.
Inovasi lain adalah RNAi untuk menekan fungsi gen yang tidak diinginkan. Teknologi ini telah berhasil digunakan untuk menutup beberapa gen dalam metabolisme asam lemak. Upaya saat ini sedang berlangsung dalam beberapa kelompok untuk menghasilkan minyak sawit transgenik dengan oleat tinggi, tetapi hasil ini diprediksi dapat dinikmati secara massal pada tahun 2020 an. Pada waktu bersamaan, pendekatan pemuliaan secara konvensional dan koleksi plasma nutfah terus ditingkatkan untuk menemukan variasi genetic baru dari pusat-pusat asal tanaman. Selain itu jalan lebih spekulatif adalah melalui penelitian genetika molekuler untuk meningkatkan produk asam lemak yang diinginkan.
Selama beberapa dekade terakhir, Pemulia tanaman (breeders) telah menggunakan teknologi reproduksi dengan menggunakan DNA berbasis molekuler, kultur jaringan dan penerapan genomik dan proteomics.
Kesimpulan
Hasil Pemuliaan Manfaat positif dari pemanfaatan plasma nutfah secara optimal dan implementasi strategi seleksi yang tepat, baik RRS maupun FIPS, telah dirasakan industri perkebunan. Kinerja pemanfaatan sumberdaya genetik kelapa sawit Indonesia tercermin dari beberapa aspek seperti peningkatan produktivitas tanaman dan ketersediaan varietas yang cukup dan diminati pengguna. Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, produktivitas minyak sawit meningkat dua kali lipat, dari 4.3 ton minyak/ha/tahun pada 1970 menjadi 7-11.0 ton/ha/tahun pada 2006 Peningkatan ini, selain berasal dari kontribusi genetik yang terkait dengan program seleksi, juga dipengaruhi oleh perubahan strategi pemanfaatan plasma nutfah yang pada awal 1970-an menghasilkan produk persilangan intra-origin (Dura x Dura; Dura x Tenera) (Pamin, 1998) menjadi hibrida inter-origin (Dura x Pisifera).

FORMULASI CAIR PADA PESTISIDA


A. Pengertian Pestisida
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang dimaksud
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk :

Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
Memberantas atau mencegah hama-hama air.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.



B. Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:

1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.

2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,
berfungsi untuk membunuh alge.

3. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya
sebagai pembunuh atau penolak burung.

4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron,
berfungsi untuk membunuh bakteri.

5. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang
artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat
bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan
pertumbuhan cendawan).
6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,
berfungsi untuk membunuh gulma.

7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan
segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.

8. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis
atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema
berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.

10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak
telur.

11. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi
untuk membunuh kutu atau tuma.

12. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk
membunuh ikan.

13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat.

14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang
kayu berfungsi untuk membunuh rayap.


C. Bentuk Formulasi Pestisida

1. Formulasi Cair
Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang
dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan
dalam air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang
dicairkan (LG).
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011

a. Pekatan yang diemulsikan
Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable
Concentrate (yang lazim disingkat EC) merupakan formulasi
dalam bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif
dalam pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau bahan
pengemulsi.
Formulasi untuk penyemprotan penggunaan perlu diencerkan
dengan air, sehingga formulasi ini akan segera menyebar dan
membentuk emulsi serta memerlukan sedikit pengadukkan.
Pestisida yang termasuk formulasi pekatan yang dapat
diemulsikan mempunyai kode EC di belakang nama dagangnya.


b. Pekatan yang larut dalam air
Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate
(SL) merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang
dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik
dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu
diencerkan dengan air kemudian disemprotkan.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di
belakang nama dagangnya.

c. Pekatan Dalam Air
Formulasi pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate (AC)
merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya
pestisida yang diformulasikan sebagai pekatan dalam air adalah
bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan
tinggi dalam air.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode AC di
belakang nama dagangnya.
Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011


d. Larutan Dalam Minyak
Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah
formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi
tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti
xilin atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah
diencerkan dalam hidro karbon yang lebih murah seperti solar
kemudian disemprotkan atau dikabutkan (Fogging).
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode OL di
belakang nama dagangnya.

e. Aerosol
Formulasi pestisida aerosol adalah formulasi cair yang
mengandung bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik.
Ke dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan
kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan
yang siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode A di
belakang nama dagangnya.

f. Gas yang dicairkan atau Liquefied Gases
Formulasi ini adalah formulasi pestisida bahan aktif dalam bentuk
gas yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan.
Formulasi pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi ke dalam
ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke
dalam tanah.
Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode LG di
belakang nama dagangnya.
Pedoman Pembinaan





Penjelasan lainnya adalah :
a.                  Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC)
Merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

Menurut Butarbutar (2009), EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75% dari seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam. Contoh: grothion 50 EC, Basudin 60 EC

b. Water Soluble Concentrate (WCS
Merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: Azidrin 15 WSC.

c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya yang dimorfulasikan dalam bentuk garam herbisida asam yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: 2-metil-4-klorofenoksiasetat (MCPA) dan 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D).

d. Soluble Liquid (SL)
Merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.

f. Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat)
Adalah formulais cair yang berisi bahan aktif dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau nafta. Penggunaannya biasa diencerkan dengan pelarut hidrokarbon yang lebih murah (missal solar), baru disemprotakan atau dikabutkan (fogging). Contoh: Sevin 4 Oil.

g. Formulasi aerosol
Dalam hal ini pestisida dilarutkan dalam elarut organik, dalam kosentrasi rendah dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas dalam bentuk aerosol siap pakai. Contoh: Flygon aerosol.

h. Bentuk cair yang mudah menguap (liquefied gases)
Pestisida ini terdapat dalam bentuk gas yang dimanpatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Penggunaannya ialah dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Contoh: Methyl bromide.

3. Kode Formulasi pada Nama Dagang
Bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan di belakang nama dagangnya. Adapun prinsip pemberian nama dagang sebagai berikut:
a. Jika diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang menunjukkan kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida Karmex 80 WP mengandung 80% bahan aktif. Insektisida Furadan 3 G berarti mengandung bahan aktif 3%.
b. Jika diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang menunjukkan jumlah gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter produk. Sebagai contoh, fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan aktif dalam setiap liter produk Score 250 EC.
c. Jika produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka kandungan bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan garis miring. Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP mengandung bahan-bahan aktif metalaksil-M 4% dan mankozeb 64% dan diformulasi dalam bentuk WP.