Selasa, 30 Oktober 2012
FORMULASI GAS ( FUMIGASI )
DEFINISI
Fumigasi : Fumigation adalah usaha pemberantasan total segala jenis hama dengan pestisida berbentuk Gas yang masuk ke tubuh hama melalui Inhalasi ( pada tikus) atau lubang Spirakel ( pada serangga) dan menyebabkan kematian. Teknis dan metode aplikasi, kita mengacu pada komoditif dan kondisional yang ada.
KEUNTUNGAN
o Menjangkau hama hingga ke tempat yang paling sulit / tersembunyi (di dalam komoditi)
o Efektif mengendalikan seluruh stadia hama (telur, larva, pupa & imago)
o Tidak meninggalkan residu sehingga tidak berbahaya bagi konsumen akhir
o Tidak merusak / merubah komoditi (fisik & komposisi).
JENIS – JENIS FUMIGASI
A. Berdasarkan kebutuhan penanganannya :
Fumigasi PERAWATAN
Dilakukan untuk mengendalikan hama bagi komoditas (produk) dalam penyimpanan (storage) maupun properti (rumah, gedung dll.)
Fumigasi TINDAKAN KARANTINA
Pengendalian hama bagi komoditas sebagai suatu syarat karantina. Umumnya dilakukan untuk kepentingan eksport.
B. Menurut aplikasi pengerjaannya, Fumigasi Era-Pest terbagi menjadi :
Space Fumigation
Perlakuan fumigasi pada seluruh wadah / ruangan. Misal : silo, kapal, rumah dll.
Under Sheet Fumigation
Pelaksanakan terbatas pada komoditas yang akan difumigasi dengan melakukan
penyungkupan dibawah plastik.
Container Fumigation
Fumigasi untuk komoditas di dalam container.
Under Plastic Sheet Fumigation
Pallet Fumigation inside container (ISPM#15)
Container Fumigation (BARANTAN-AQIS)
Space Fumigation – Silo
C. Standard pengerjaan fumigasi PT. ERARESIK HUNIAN
Barantan-AQIS
Fumigasi dengan standar pengerjaan yang sesuai dengan persyaratan Badan Karantina Nasional (Barantan) - Departemen Pertanian dan AQIS (The Australian Quarantine and Inspection Service). Pengerjaan ini biasanya dilakukan untuk kebutuhan ekspor.
VERIFIKASI
A. Komoditi
• Komoditi dipastikan layak untuk di fumigasi.
• Kemasan komoditi dapat ditembus oleh fumigant, tidak terbungkus oleh plastik atau bahan lainnya yang kedap udara.
• Tumpukan komoditi memungkinkan untuk dilakukannya fumigasi.
B. Jenis Hama, Dosis dan temperature
• Mengetahui jenis hama yang menjadi target pengendalian.
• Mengetahui dosis fumigant yang akan digunakan untuk mengendalikan suatu jenis hama.
Temperatur / suhu ruang fumigasi sekitar antara 21-32 °C .
C. Waktu Fumigasi
• Tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan fumigasi.
• Waktu pelaksanaan fumigasi selama1 x 24 jam.
D. Lokasi Tempat Fumigasi
• Ventilasi udara cukup baik untuk melakukan pelepasan dan pembebasan Fumigan.
• Tersedia cahaya yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan aman.
• Terlindung dari angin yang cukup kencang dan hujan.
• Lingkungan aman dan jauh dari tempat tinggal/kegiatan orang
• Lantai kedap gas dan terbebas dari batu atau benda yang tajam
PERSIAPAN FUMIGASI
A. Persiapan Pengamanan & Keselamatan
• Lakukan pemberitahuan kepada pihak keamanan setempat dan pelanggan tentang kegiatan fumigasi yang akan dilakukan.
• Cari tahu lokasi rumah sakit/klinik terdekat dari lokasi fumigasi
• Pastikan bahan lokasi telah aman untuk melakukan fumigasi
• Pasang batas “danger area” disekeliling area fumigasi
B. Persiapan Komoditi
• Pastikan lantai penumpukan komoditas sesuai untuk kegiatan fumigasi.
• Pastikan gas bisa tersalur dan tersebar diantara komoditi
• Pastikan bahwa kipas angin dapat terpasang didalam ruang fumigasi
• Pastikan komoditi dapat menyerap fumigant
C. Pemasangan Selang Distribusi dan Monitor
• Selang distribusi harus dipasang secara merata. Apabila lebih dari satu selang maka panjang dan diameternya harus sama panjang.
• Pasang kipas angin diujung masing-masing selang distribusi, jika fumigasi dalam container, kipas angina harus diletakan didalam sehingga pintu harus dibuka, minimal sebelah.
• Pasang selang monitor minimal pada 3 tempat yaitu atas, tengah dan bawah.
D. Penutupan komoditas dengan cover sheet
1. Tutup komoditas dengan cover sheet.
2. Pada keempat sisi lebihkan minimal 50 cm pada bagian bawah yang bersentuhan dengan lantai.
3. Kelebihan pada bagian sudut dilipat seperti amplop atau digulung supaya ketat & rapih.
4. Bagian plastik yang sobek agar ditambal.
5. Rapatkan pertemuan plastik dengan lantai dengan menggunakan 2 baris sand snakes yang tersusun over lapping.
6. Ukur dimensi panjang x lebar x tinggi tumpukan komoditas atau kontainer.
7. Hitung besarnya dosis fumigant yang akan digunakan (hubungkan dengan temperatur komoditas).
8. Untuk fumigasi dengan menggunakan kontainer, harus menggunakan cover sheet apabila container tidak kedap oleh gas atau bocor.
E. Persiapan penyaluran Gas
1. Tempatkan tabung silinder gas diatas timbangan
2. Rangkai selang dari tabung MB dengan alat pemanas serta selang distribusi.
3. Hidupkan kipas angin.
4. Siapkan lampu detector halida atau electronic leak detector.
5. Pastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan didalam area fumigasi.
6. Periksa air di dalam pemanas apakah sudah cukup panas.
PELAKSANAAN FUMIGASI
Pelepasan Gas
o Pastikan peralatan safety berfungsi dengan baik.
o Pasang peralatan safety dengan baik & benar.
o Lepaskan gas secara perlahan selama 30 detik kemudian tutup kembali.
o Periksa dan tutup kebocoran pada sambungan-sambungan.
o Apabila tidak terdapat kebocoran, lepaskan gas sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
o Catat waktu selesainya pelepasan Gas.
Pemeriksaan kebocoran Gas
o Periksa sekeliling area fumigasi dengan menggunakan leak detector untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran gas.
o Apabila terdapat kebocoran, segera perbaiki dengan cara menambal atau menambah penempatan sand snakes.
o Jenis peralatan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran bisa berupa lampu halida atau elektronik leak detector.
o Matikan kipas angin 15 menit setelah selesainya pelepasan gas.
MONITORING
o Tujuan monitoring secara umum adalah untuk mengetahui besarnya kosentrasi gas didalam ruang fumigasi pada waktu tertentu.
o Monitoring dilakukan minimal 2 kali yaitu pada tahap awal dan akhir fumigasi.
o Monitoring awal bertujuan untuk mengetahui kapan dimulainya kegiatan fumigasi.
o Monitoring awal dilakukan 30-60 menit selesainya pelepasan gas.
o Tujuan monitoring akhir adalah untuk mengetahui keberhasilan fumigasi.
o Monitoring akhir dilakukan pada saat masa fumigasi berakhir.
AERASI
A. Tahapan aerasi
1. Pastikan perlengkapan safety/ berfungsi dengan baik.
2. Pasang perlengkapan safety (masker) sebelum memasuki area fumigasi.
3. Lepaskan tali pengikat plastik di sekeliling ruang fumigasi.
4. Aktifkan kipas angin.
5. Singkirkan sand snake di depan pintu ruang fumigasi kemudian angkat cover sheet secukupnya pada kedua sisi lalu jepit.
6. Catat waktu pembukuan cover sheet.
7. Biarkan selama 15 menit, kemudian angkat lagi cover sheet ke arah yang lebih tinggi.
8. Biarkan selama 15 menit kemudian matikan kipas angin.
9. Lakukan test dengan menggunakan lampu halida atau electronic leak detector.
10. Apabila gas sudah tidak terdeteksi dengan leak detector, ukur TLV dengan menggunakan dragger pump.
11. Apabila kosentrasi gas telah berada pada 5 ppm atau kurang, area fumigasi dapat dikatakan aman.
PEMBENAHAN ALAT
1. Pastikan keran silinder tabung CH3Br telah tertutup rapat kemudian simpan pada tempatnya. Penyimpanan/ pengangkutan tabung tidak boleh dalam posisi miring atau rebah.
2. Pastikan canister telah dilepaskan dari masker & waktu penggunaannya telah dicatat.
3. Pastikan interferometer telah bebas dari fumigan & skalanya telah berada pada posisi nol.
4. Lipat cover sheet dengan cara yang benar & rapih untuk memudahkan penggunaan berikutnya.
5. Pastikan seluruh peralatan tidak ada yang tertinggal di lokasi fumi
PELAPORAN
1. Isi lembar catatan fumigasi setelah seluruh rangkaian kegiatan fumigasi telah selesai dan harus difile dengan baik.
2. Buat sertifikat bebas gas sebagai jaminan bahwa area fumigasi telah bebas dari pengaruh gas dan dinyatakan aman untuk dimasuki oleh manusia.
3. Buat sertifikat fumigasi sebagai bukti bahwa komoditi telah diberi perlakuan fumigasi.
Demikian SOP Fumigasi dengan CH3Br ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
DEFINISI PENGUKURAN SUDUT
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi sudut.Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1O = 60’), dan satu menit = 60 detik (1’ =6’’).
Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk system metrik, satuan sudut adalah radian. Satu derajat (1°)= , dimana:
1. Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca hasil pengukurannya,
2. ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara menggunakannya.
Pengukuran Sudut langsung adalah kita mendapat jarak mendatar langsung di lapangan. Sedangkan pengukuran sudut tak langsung kita mendapat jarak mendatar tidak langsung di lapangan.
Dalam pengukuran sudut dapat digunakan beberapa busur. Diantara nya busur baja. Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya.
Sudut pada bidang horizontal
1. Teodolit adalah instrumen yang digunakan untuk membaca arah pada suatu bidang horizontal dan kemiringan ( inklinasi ) pada suatu bidang vertical.
2. Perbedaan-perbedaan arah beberapa titik yang diamati terbaca dalam skala horizontal. Sudut-sudut yang terbentuk dari beberapa titik tersebut dihitung dari bacaan arah-arah ini. Penting untuk difahami, sudut yang terbentuk pada bidang horizontal
3. Jika arah ke titik P dan Q dibaca dari titik R, sudut horizontal yang terbentuk dirumuskan P’RQ’, sudut horizontal yang melalui R bukanlah sudut PRQ. Konsep ini sangat mendasar untuk memahami cara kerja teodolit. Jika sumbu vertical teodolit ini benar-benar vertical, semua sudut yang dihitung adalah sudut-sudut pada bidang horizontal melaui sumbu horizontal instrument.
4. Pengukuran sudut horizontal antara dua buah target merupakan pengukuran paling sederhana dalam traverse. Karena hanya ada dua target, pengukuran relatif singkat, dengan demikian kesalahan residual akibat kevertikalan sumbu dan naik turunnya statif (twisting) secara praktis terhindarkan. Untuk pengukuran yang teliti, umumnya pengamatan dilakukan dalam dua posisi; biasa dan luar biasa; dan dihitung rata-rata keduanya. Setelah setting bacaan nol pada target R.O (Reference object), atau pada bearing yang telah ditentukan, urutan-urutan pengukurannya sebagai berikut:
a. Posisi biasa. Putar searah jarum jam. Amati terget-kiri ( R.O )
b. Posisi biasa. Putar searah jarum jam. Amati target-kanan
c. Posisi luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati target-kanan
d. Posisi luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati terget-kiri ( R.O )
e. Pengamatan ini lengkap satu set atau umumnya disebut satu serirangkap. Pada metoda ini diperoleh empat bacaan horizontal dan dua sudut. Sudut yang digunakan untuk hitungan adalah rata-ratanya. Jadi, jika diamati n seri rangkap diperoleh 4n bacaan horizontal dan 2n sudut baik pada posisi biasa maupun luar biasa.
f. Jika diinginkan pengamatan yang lebih akurat, beberapa seri tambahan dapat dilakukan. Seri kedua dapat dilakukan dengan mengubah bidikan R.O menjadi 900. Jika empat seri pengamatan, pengubahan bidikan R.O nya menjadi 00, 450, 900, 1350. Dengan kata lain, jika n set pengamatan dikehendaki, [engubahan bidikan R.O nya berubah dengan interval 1800/ n. Jika mengubah bidikan R.O, bacaan menit detiknya juga harus diubah.
g. Dalam triangulasi dan pekerjaan koordinat polar, umum diukur beberapa target sekaligus dari satu stasiun. Urutannya sama seperti yang dijelaskan diatas kecuali dengan tambahan beberapa target, sebagai berikut:
h. Biasa. Putar searah jarum jam. Amati target- target: 1 ( RO ), 2, 3, 4, 5, ....n. luar biasa. Putar berlawanan arah jarum jam. Amati target-target dengan urutan terbalik: 5, 4, 3, 2, 1 ( RO ). Pengamatan ini lengkap satu set.
i. Jika diinginkan pengamatan yang lebih akurat , beberapa set tambahan dapat saja dilakukan, seperti yang telah diterangkan diatas.
j. Mungkin diinginkan setiap setengah set berakhir pada RO. Dalam kasus ini, setengah set pertama , biasa, putar searahjarum jam, yang urutannya akan menjadi: 1 ( RO ), 2, 3, 4, 5, ..., r, 1 ( RO ). Setengah set keduanya adalah luar biasa, putar berlawanan arah jarum jam, yang urutannya akan menjadi : 1 (RO), 5, 4, 3, 2, 1 ( RO ) . Hasil hitungan diratakan dan setiap perbedaan yang terjadi pada pembacaan R.O diratakan dalam keseluruhan set itu. Jika nivo tabung tergeser selama waktu pengukuran, pembetulan kembali dapat dilakukan pada akhir setenah set, jangan pernah meratakan ditengah-tengah waktu pengamatan setengah set.
ZAT PENGATUR TUMBUH ( ZPT )
I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Zat pengatur tumbuh atau sering kita sebut dengan ZPT mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. Zat pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.
Zat Pengatur Tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu Auxin, giberelin, sitokinin, ethylene generators dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis.
Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada pucuk, dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya Indole Ring.
Sedangkan yang dimaksud dengan giberelin adalah senyawa yang mengandung Gibban skeleton, menstimulasi pembelahan sel (cell division), perpanjangan sel atau keduanya.
Zat Pengatur Tumbuh sitokinin adalah senyawa yang mempunyai bentuk dasar adenine (6-amino purine) yang mendukung terjadinya pembelahan sel.
Ethylene generators senyawa yang terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom hidrogen. Dalam keadaan normal ZPT ini akan berbentuk gas, mempunyai peranan dalam proses pematangan buah dalam fase climacteric.
ZPT yang terakhir adalah Inhibitor yang berperan dalam penghambatan proses biokimia dan proses fisiologis bagi aktivitas keempat Zat Pengatur Tumbuh diatas.
Kelima ZPT diatas secara syntetik telah dibuat untuk keperluan pertanian dan research, yang tentunya akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan alam dan pertanian.
( Maspary,2010.http//www.gerbangpertanian.com )
II. PEMBAHASAN
1. Auksin
Auksin digunakan pada buah-buahan untuk menambah produk pertanian. Auxin membantu dalam perakaran dan meningkatkan pembentukan bunga. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara menyeluruh. Diduga auxin bekerja mengontrol pembesaran sel dengan suatu pelepasan dinding sel sehingga menambah perluasan dinding sel.
Pengaruh auxin terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
Jumlah dan kepadatan akar lateral serta menurunkan kadar IAA pada akar dan aliran IAA (IndolaceticAcid ) menuju akar. Namun, reduksi akar lateral ini hanya terjadi pada daerah yang mengalami kontak langsung dengan NPA (naphthylphthalamic acid ). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan akar lateral pada Arabidopsis dihambat oleh NPA dan IAA apical (yang berasal dari batang). Akan tetapi, kondisi tersebut dapat dikembalikan oleh auksin yang ada pada akar.
2. Giberelin
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosintesis GA.
Pengaruh giberalin terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
Giberelin sangat berpengaruh terhadap genetis seperti pembungaan, penyinaran, partenokarpi. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas cambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
( Anonim, 2003.http.www.plant-hormones.info)
3. Sitokinin
Golongan sitokinin sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin) berarti "terkait dengan pembelahan sel). Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.
Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan tanaman :
Mendorong penyempurnaan hubungan pembuluh antara tunas lateral dengan batang, tambahan sitokinin juga dapat menyebabkan terjadinya pembelahan sel dalam bagian ujung dari tunas lateral dan mengubah nya menjadi meristem aktif. Kegiatan meristemik ini membutuhkan auksin untuk mempertahankan laju metabolismenya yang tinggi dan pemanjangan sel.
4. Ethylene generators
Ethylene generators adalah zat pengatur tumbuh yang menghambat dalam proses biokimia dan fisiologis bagi aktivitas keempat zat pengatur tumbuh di atas, seperti mencegah pembentukan pertunasan pada tembakau dan memperpendek batang. Contoh mepiquat chloride (Pix) yang digunakan pada kapas untuk menghambat tinggi tanaman.
Pengaruh Ethylene generators pada pertumbuhan adalah :
pada daun pengembangan dan respon mengurangi pertumbuhan tunas.
5. Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia. Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi.
Inhibitor adalah suatu bahan (kimia) apabila ditambahkan sedikit (konsentrasi) kedalam suatu lingkungan dapat mengurangi laju korosi.
inhibitor di bedakan dalam beberapa jenis:
Inhibitor jenis penjerap (adsorption)
Inhibitor racun evolusi hydrogen
Scavengers
Oxidizers
Inhibitor fasa uap
pengaruh inhibitor terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
Menghambat reaksi fotosintesis, respirasi, transpirasi.
( Anonim,2010. http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2141592-inhibitor/#ixzz2ADvvovSY )
Macam-macam varietas
1. D x P PPKS 540 (High mesocarp)
DxP PPKS 540 merupakan varietas kelapa sawit yang memiliki kandungan mesokarp yang sangat tinggi (high mesocarp), hingga mencapai 90%. Varietas ini berasal dari persilangan antara tetua turunan Dura Deli (PA 131 D self dan TI 221 D x GB 30 D) dengan pisifera turunan murni (pure line) SP 540 T. Tetua SP 540 T sendiri merupakan the best tenera yang dihasilkan oleh pemulia PPKS terdahulu, yang daya adaptasinya sangat luas dan memberikan tingkat produksi yang sangat tinggi. Kandungan mesokarp yang tinggi yang terdapat dalam varietas DxP PPKS 540, membuat varietas ini mampu menghasilkan rendemen minyak sebesar 27,4%, dan rata-rata produksi CPO sebesar 8,1 ton/ha/tahun. Rerata rendemen yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit saat ini berkisar pada 22-24%. Tingginya persentase mesokarp pada varietas ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan rendemen yang menjadi faktor penting dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Sebagai informasi, pada pengusahaan perkebunan seluas 10.000 ha, melalui peningkatan rendemen sebesar 1% akan diperoleh nett revenue sebesar Rp 5 milyar/tahun.
Rerata produksi: 28,1 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 27,4%
Produksi CPO: 8,1 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah: 5,3 %
Pertumbuhan meninggi: 72 cm/tahun
Harga: Rp. 7.000,-
2. D x P PPKS 718 (Big bunch)
DxP PPKS 718 Untuk pekebun yang memiliki permasalahan kapasitas panen, DxP PPKS 718 merupakan jawabannya. Varietas ini memiliki karakter bobot tandan yang besar (big bunch), 10% lebih tinggi dari rerata bobot tandan umumnya. Rerata bobot tandan varietas pada umur 6 – 9 tahun sebesar 22,8 kg/tandan, dan produksi TBS rata-rata 27 ton/ha/tahun. Seperti umumnya bahan tanaman yang memilki bobot tandan tinggi, maka jumlah tandan yang diproduksinya akan tidak terlalu banyak. Namun demikian, dengan tingginya bobot tandan maka rerata produksi TBS varietas ini jauh lebih tinggi.
Rerata produksi: 26,5 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 23,9%
Produksi CPO : 6,9 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah : 8,7 %
Pertumbuhan meninggi : 75 cm/tahun
Harga: Rp. 7.000,-
3. D x P PPKS 239 (High CPO & PKO)
Varietas DxP PPKS 239 merupakan varietas terbaru yang dirilis pada tahun 2010.
Varietas ini memiliki keunggulan dalam produksi CPO dan PKO (palm kernel oil). DxP PPKS 239 dapat menghasilkan TBS tinggi, baik pada usia muda maupun dewasa. Didukung oleh karakter rendemen minyak yang tinggi, varietas DxP PPKS 239 menghasilkan 8,4 ton CPO/ha/tahun, dan bahkan pada percobaan mampu menghasilkan sampai 9,7 ton CPO/ha/tahun. Selain itu, varietas ini juga dapat menghasilkan PKO 0,7 – 0.9 ton/ha/tahun. Dengan mempertimbangkan tingkat produksi CPO dan PKO yang tinggi, varietas DxP PPKS 239 dapat menjadi alternatif bagi pekebun yang ingin mendapatkan total economic value yang lebih tinggi dari kedua jenis minyak tersebut.
Rerata produksi: 32 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 25,8%
Produksi CPO: 8,4 ton/ha/tahun
Produksi PKO: 1,3 ton/ha
Rasio inti/buah: 8,9 %
Pertumbuhan meninggi: 62,5 cm/tahun
Harga: Rp. 7.000,-
4. D x P Simalungun
D x P simalungun berpotensi menghasilkan 7,53 ton CPO / ha / th pada umur 6-9 tahun , merupakan material hasil persilangan dari tertua dura terbaik hasil seleksi siklus kedua program pemuliaan reciprocal recurren selection ( RRS ) dan tetua pisifera keturunan SP 540T yang dikenal sebagai tetua pisifera terbaik. Pengujian projeni yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui potensi melalui keragaman keturunannya. Persilangan yang diuji pada program RRS siklus kedua merupakan rekombinasi dari tetua-tetua terbaik pada program RRS siklus pertama.
Pengujian dilakukan terhadap 252 persilangan D x P / T di kebun Bah Jambi , kebun Marihat , kebun Tanjung Garbus dan kebun Rambutan. Berdasarkan hasil analisis , telah terpilih beberapa persilangan yang memiliki keunggulan dari aspek produksi bila dibandingkan dengan rerata produksi secara keseluruhan, yang kemudian dikelompokkan berdasarkan orijin tetua pisifera turunan SP 540 T yang memiliki potensi produksi CPO 9,3 – 13,9 % lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata seluruh persilangan.
Kata kunci : bahan tanaman unggul, RRS, potensi produksi , karakteristik tetua, DP simalungun dan SP 540 T.
Rerata produksi: 28,4 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 26,5%
Produksi CPO: 7,53 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah: 9,2 %
Pertumbuhan meninggi : 75-80 cm/tahun
Harga: Rp. 7.000,-
Rata-rata jumlah Tandan = 13 tandan /pohon/tahun
Rata-rata berat tandan = 19,2 Kg
Tandan Buah Segar ( TBS)
Potensi = 33 ton/ha/tahun
Panjang Pelepah = 5,47 Mtr
Keunggulan :
Pertumbuhan jagur, produksi tandan tinggi, rendemen minyak sangat tinggi, mulai berbuah sangat awal yaitu 22 bulan. Dapat ditanam di berbagai areal.
5. D x P Langkat
Rerata produksi: 27,5 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 26,3%
Produksi CPO: 7,23 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah: 9,3 %
Pertumbuhan meninggi: 60-70 cm/tahun
Harga: Rp. 7.000,-
Rata-rata jumlah Tandan = 12,5 tandan /pohon/tahun
Rata-rata berat tandan = 19,0 Kg
Potensi = 31 ton/ha/tahun
Inti/Buah = 9,3 %
Pertumbuhan meninggi = 60 – 70 Cm/Tahun
Panjang Pelepah = 5,31 Mtr
Keunggulan :
Pertumbuhan relatif jagur, produksi tandan tinggi, rendemen minyak sangat tinggi,. Dapat ditanam di berbagai areal.
6. Dy x P Sungai Pancur (Dumpy)
Rerata produksi: 25-28 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 23-26%
Produksi CPO: 6,5-7,3 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah : 6,5 %
Pertumbuhan meninggi: 40-55 cm/tahun
Harga: Rp. 7.000,-
Rata-rata jumlah Tandan = 8 tandan /pohon/tahun
Rata-rata berat tandan = 25,0 Kg
Keunggulan :
Pertumbuhan meninggi sangat lambat, tidak dianjurkan ditanam didaerah berlereng curam. Sangat cocok ditanam dilahan gambut.
D x P Sungai Pancur Batu 2
Rata-rata jumlah Tandan = 9 tandan /pohon/tahun
Rata-rata berat tandan = 24,0 Kg
Tandan Buah Segar ( TBS)
Rata-rata = 24-27 ton/ha/tahun
Potensi = 30 ton/ha/tahun
Rendemen = 23 – 25 %
Crude Palm Oil ( CPO)
Rata-rata = 6,2 – 6,8 Ton/Ha/Tahun
Potensi = 7,6 Ton/Ha/Tahun
Inti/Buah = 6,7%
Pertumbuhan meninggi = 65 – 85 Cm/Tahun
Panjang Pelepah = 6,50 Mtr
Keunggulan :
Produksi Tandan dan kandungan minyak tinggi.
7. D x P LaMe
Rerata produksi: 26-27ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 23-26%
Produksi CPO: 5,9-7 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah: 6,9 %
Pertumbuhan meninggi: 50-70 cm/tahun
Harga: Rp. 6.000,-
8. D x P Avros
Rerata produksi: 24-27 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 23-26%
Produksi CPO: 5,5-7 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah: 6,6 %
Pertumbuhan meninggi: 60-80 cm/tahun
Harga: Rp. 6.000,-
Rata-rata jumlah Tandan = 12 tandan /pohon/tahun
Rata-rata berat tandan = 16,0 Kg
Potensi = 30 ton/ha/tahun
Rendemen = 23 – 26 %
Crude Palm Oil ( CPO)
Rata-rata = 5,5 – 7,0 Ton/Ha/Tahun
Potensi = 7,8 Ton/Ha/Tahun
Pertumbuhan meninggi = 60 – 80 Cm/Tahun
Panjang Pelepah = 6,08 Mtr
Keunggulan :
Produksi Tandan sangat tinggi terutama diawal pertumbuhan, tandan besar, tidak disarankan untuk ditanam diareal berlereng.
9. D x P Yangambi
Rerata produksi: 25-28 ton TBS/ha/tahun
Rendemen minyak: 23-26%
Produksi CPO: 5,8-7,3 ton/ha/tahun
Rasio inti/buah: 7,2 %
Pertumbuhan meninggi: 60-70 cm/tahun
Harga: Rp. 6.000,-
Rata-rata jumlah Tandan = 13 tandan /pohon/tahun
Rata-rata berat tandan = 16,0 Kg
Pertumbuhan meninggi = 60 – 70 Cm/Tahun
Panjang Pelepah = 6,09 Mtr
Keunggulan :
Produksi tandan tinggi, jumlah tandan banyak, ukuran tandan relatif kecil, kandungan minyak dalam tandan sangat baik, cocok ditanam di berbagai areal.
Senin, 29 Oktober 2012
Insektisida
1.Pengertian
Insektisida adalah
bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga.
Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu
tanama. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
2.Sejarah penggunaan insektisida
Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan sabun untuk mengontrol
pertumbuhan hama serangga sejak awal tahun 1800an. Di awal abag ke 19, sabun
yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan. Cara-cara tersebut cukup
efektif, meski harus diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan
tanaman. Belakangan diketahui juga adanya penggunaan campuran bawang putih,
bawang merah, dan lada atau berbagai jenis makanan lainnya, namun tidak cukup
efektif membunuh serangga.
Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930an dan mulai
meluas setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada tahun 1945 hingga 1965,
insektisida golongan organoklorin dipakai secara luas baik
untuk pertanian maupun kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah
insektisida DDT
yang dikomersialkan sejak tahun 1946. Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida
sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pirethroid pada tahun 1970an.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap
serangga mulai digunakan
3.Jenis-jenis insektisida
Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik.Insekstisida organik mengandung unsur
karbon sedangkan insektisida anorganik tidak. Insektisida organik umumnya
bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida
hayati.
a.Insektisida Sintetik
Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi
beberapa golongan besar:
Ø Senyawa
Organofosfat
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan
fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos,
Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan
Malathion.
Ø Senyawa
Organoklorin
Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan
klorin. Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini
mashi tetap aktif hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida
golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin
adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.
Ø Karbamat
Insektisida golongan karbamat
diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan
meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Namun, insektisida karbamat akan
terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering
dipakai adalah bendiokarbamat.
Ø Pirethrin/
Pirethroid Sintetik
Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat
fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan
senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk
insektisida ini adalah Permethrin.
Ø Pengatur Tumbuh
Serangga
Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan dalam siklus
pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal. Beberapa contoh
produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.
Ø Fumigan
Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga.
Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat
toksisitasnya yang tinggi. Contoh-contohnya adalah Metil Bromida (CH3Br),
Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.
b.Insektisida Hayati
Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun
terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga.
- Silica (SiO2)
merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung
lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida
jenis ini sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun
dari molekul diatom Bacillariophyceae.
- Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida
anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
- Pirethrum adalah
insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan.
Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang baik pada
konsentrasi rendah. Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa
ini sangat mahal.
- Rotenon adalah
insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris. Senyawa ini
berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh hama.
- Neem merupakan
ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica). Penggunaan Neem sebagai
insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu. Ekstrak neem mengganggu aktivitas
sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan
kupu-kupu beserta larvanya). Selain itu neem juga berperan
sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus
berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.
- Bakteri Bacillus
thuringiensis memproduksi toksin Bt yang dapat
mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan
menyebabkan saluran pencernaan serangga berlubang sehingga berujung pada
kematian. Para peneliti telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam
produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan
tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt merupakan salah satu organisme
transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.
4.Efek penggunaan insektisida
Pada tahun 1960, Rachel Carson
menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida
berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi). Buku tersebut menyorot
penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif, sekaligus
menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan.
Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti
burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga
dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.
Insektisida
seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan
semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya.
Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak
mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru
mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida.
pada hasil panen yang nantinya akan
menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang
meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap
1 jam 45 menit akibat pestisida dan atau insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan
di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah,
serta mengganggu ekosistem perairan.
5.Resistensi insektisida
Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi individu dalam
populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski
terpapar satu atau lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama
oleh karena matinya individu-individu yang sensitif insektisida sehingga
memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan
meneruskan gen resistensi pada keturunannya.
Resistensi terhadap insektisida pertama kali dilaporkan terjadi pada tahun
1914 oleh AL Melander. Penggunaan kapur sulfur untuk mematikan hama pada
anggrek pada satu minggu pertama percobaan. Namun ketika dilakukan pengulangan
perlakuan insektisida, 90% hama tetap hidup. Tingkat resistensi serangga hama
pada insektisida terus meningkat seiiring dengan kemunculan dan pemakaian
berbagai jenis insektisida sintetik pada tahun-tahun berikutnya.
Minggu, 28 Oktober 2012
Peran Pemuliaan Kelapa Sawit
1 Latar
belakang
Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan
perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah
kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena
itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha untuk menanamkan
modalnya.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1911 di Sumatra
Utara. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mengalami banyak kemajuan sampai
dengan pecahnya perang pasifik pada tahun 1940. Kemajuan perkebunan kelapa
sawit ini didukung oleh lembaga-lembaga penelitian yang telah berdiri sampai
dengan sekarang ini (Mangunsoekarjo dan Tojib, 2003).
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit
menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati nasional
menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa sawit mentah
mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980 ketika terjadi
kelangkaan minyak goreng (Anonim, 1997).
Produk utama kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang
menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Industri olahan
minyak kelapa sawit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu dalam industri
pangan (misalnya pembuatan minyak goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim,
dan permen) dan dalam industri non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen,
dan surfaktan, pelunak, pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Pada saat ini telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang
dianjurkan untuk ditanam di perkebunan. Varietas-barietas unggul tersebut
dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura
sebagai induk betina dengan varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti
dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun-tahun, bahwa varietas-varietas
tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya
(Setyawibawa dan Widyastuti, 1998).
PT. Sampoerna Agro Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam industri kelapa sawit. Pelaksanaan pembudidayaan yang telah bertahun-tahun
ini membuat perusahaan telah berpengalaman dalam pengembangan, pendekatan
sosial dan lingkungan. Selain itu, luas areal yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut membuktikan bahwa perusahaan tersebut terus berkembang seiring dengan
waktu. Areal penanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Sampoerna Agro
tersebar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah (Anonim, 2006)
Devinisi pemuliaan tanaman
·
Pemuliaan
Tanaman adalah Rangkaian lingkungan kegiatan penelitian atau pengujian Dan
lingkungan kegiatan penemuan Dan pengembangan suatu varietas, Sesuai Artikel
Baru menggunakan metoda baku untuk menghasilkan varietas Baru Dan
mempertahankan kemurnian Benih varietas Yang dihasilkan. (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 29 years 2.000 tentang perlindungan varietas Tanaman)
·
Pemuliaan
Tanaman adalah suatu Teknologi dan Seni untuk memanipuasi gen kromosom atau
kemampuan Dan genetik Tanaman sehingga sifat-sifat mulia menjadi nihil Tanaman
Dan lebih berguna Sesuai Artikel Baru keperluan manusia Yang Selalu MENINGKAT
(Ahmad Baehaki Dalam, Nani Hermiati 2000. Diktat kuliah Pengantar Pemuliaan
Tanaman.Fakultas Pertanian UNPAD Bandung)
·
Pemuliaan
tanaman adalah ilmu, seni, dan bisnis untuk meningkatkan tanaman untuk manfaat
manusia. (Bernardo, R. 2.002 Pemuliaan untuk sifat kuantitatif.. Stemma Press,
Minneapolis, MN)
·
Pemuliaan
Tanaman adalah Ilmu tentang perubahan susunan genetik sehingga memperoleh
Tanaman Yang menguntungkan manusia (Poespodarsono Sumardjo. 1988 Dasar-EQUITY
Ilmu. Oemuliaan tanaman.PAU IPB-Lembaga sumberdaya INFORMASI IPB).
·
Pemuliaan
tanaman menyiratkan usaha manusia sadar bertujuan untuk meningkatkan lama dan
mengembangkan varietas baru tanaman dalam rangka memenuhi permintaan untuk
pakan manusia dan hewan. Borojevic Slavsko. 1990. Perkembangan ilmu tanaman:
Prinsip dan metode pemuliaan tanaman. Elsevier. New York)
·
Pemuliaan
tanaman adalah penggunaan teknik yang melibatkan tanaman menyeberang untuk
menghasilkan varietas dengan karakteristik tertentu (sifat), yang dicatat di
gen dari tanaman dan diwariskan kepada generasi mendatang tanaman.
·
Pemuliaan
tanaman adalah ilmu, terapan multidisiplin. Ini adalah aplikasi dari
prinsip-prinsip genetik dan praktek yang berhubungan dengan pengembangan
kultivar lebih cocok dengan kebutuhan manusia daripada kemampuan untuk bertahan
hidup di alam liar, melainkan menggunakan pengetahuan dari agronomi, botani,
genetika, sitogenetika, genetika molekuler, fisiologi, patologi, entomologi,
biokimia, dan statistik (Schlegel, RHJ 2003. Kamus pemuliaan tanaman.
·
Hasil
akhir dari pemuliaan tanaman terutama ditingkatkan kultivar. Oleh karena itu,
pemuliaan tanaman terutama ilmu organisme meskipun itu sungguh cocok untuk
menerjemahkan informasi pada tingkat molekuler (DNA urutan, produk protein)
menjadi fenotipe ekonomis penting. (Gepts Paulus dan Jim Hancock. 2006. Masa
depan pemuliaan tanaman.
·
Definisi
tradisional dari pemuliaan tanaman meliputi ilmu pengetahuan yang mengembangkan
kultivar baru dan plasma nutfah baik, namun, banyak orang merasa definisi ini
harus diperluas untuk mencakup ilmu yang berkontribusi terhadap perbaikan
tanaman melalui penelitian pemuliaan (Ransom, C., C. Drake, K. Ando , dan J.
Olmstead 2006
·
Sebuah
definisi yang luas tentang pemuliaan tanaman biasanya mengacu pada tujuan
manipulasi materi genetik melalui hibridisasi, mutasi, atau rekayasa genetika
untuk menghasilkan genotipe baru yang diikuti dengan pemilihan individu yang
luar biasa untuk membentuk kultivar yang merupakan populasi tanaman terkait
dengan nilai ekonomi (Bliss A.Fredrick 2007..
·
Pemuliaan tanaman adalah manipulasi tujuan
dari spesies tertentu tanaman dalam rangka menciptakan varietas yang diinginkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Manipulasi ini dapat dilakukan dalam beberapa
cara. Hal ini dapat menjadi dengan cara penyerbukan terkendali atau manipulasi
langsung dari gen tanaman seperti dalam rekayasa genetika. Hal ini biasanya
berkembang menjadi strain seleksi buatan baru yang pada akhirnya akan mengarah
pada domestikasi. Pemuliaan tanaman adalah praktek dalam membuat tanaman
mengembangkan strain yang lebih baik untuk sedini ribuan tahun yang lalu. Ini
dimulai dengan praktek domestikasi tanaman yang memungkinkan manusia awal untuk
memproduksi dan tumbuh tanaman dengan sifat-sifat yang tidak diinginkan lebih
sedikit dari strain liar. Banyak tanaman saat ini adalah hasil domestikasi
tanaman selama zaman kuno.
PEMULIAAN KELAPA SAWIT KINI
Ketersediaan Material Genetik
Material
genetik (Plasma nutfah) merupakan kunci utama dalam pengembangan program
pemuliaan kelapa sawit. Saat ini, plasma nutfah kelapa sawit tersebar di areal
komersial perkebunan kelapa sawit dan pusat-pusat riset kelapa sawit: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfindo, PT London Sumatra Indonesia, PT
Dami Mas Sejahtera (SMART Tbk.), PT Tunggal Yunus Estate (Asian Agri Group), PT
Bina Sawit Makmur (PT Sampoerna Agro Tbk), dan PT Tania Selatan Group, serta
beberapa calon produsen benih kelapa sawit.
Plasma nutfah
kelapa sawit umumnya terbagi atas dua sub heterotic group, dura dan pisifera.
Plasma nutfah dura pada umumnya diturunkan dari 4 plasma nutfah dura yang
berasal kebun raya Bogor tahun tanam 1848, hasil re-introduksi beberapa famili
elit Deli dura seperti Dura Dumpy (E 206), dan introduksi terbatas populasi
dura dari Afrika seperti dura-dura ex-Zaire dan Kamerun. Plasma nutfah pisifera
di introduksi dari Afrika Barat sejak 1914.
Beberapa
turunan plasma nutfah pisifera elit tercatat dimiliki oleh pusat-pusat riset
kelapa sawit di Indonesia, seperti turunan pisifera SP 540, turunan pisifera BM
119, turunan pisifera Lame (L-series) ex-populasi BRT-10, pisifera Yangambi
(YA-series), turunan pisifera Dami DM 742 dan DM 743, turunan pisifera Nigeria
GHA 608 dan Ghana GHA 648, turunan pisifera Ekona CAM 236 dan CAM 243.
Selain E.
guineensis, beberapa pusat riset juga memiliki plasma nutfah E. oleifera,
antara lain beberapa generasi Elaeis oleifera dari Suriname dan Brazilia dan
San Alberto (Colombia).
Strategi Utama Pemuliaan Kelapa Sawit
Seleksi
Klasik. Pemuliaan klasik berbasis genetika kuantitatif merupakan pendekatan
terpenting dalam menghasilkan bahan tanaman unggul. Beberapa strategi yang
telah dikenal luas dalam pemuliaan kelapa sawit, antara lain Recurrent
Reciprocal Selection (RRS) dan Family & Individual Palm Selection (FIPS).
Strategi ini
pada prinsipnya memanfaatkan dua group utama, yaitu group dura dan group
tenera/pisifera. Dari populasi dasar yang telah diseleksi dilakukan tahapan
evaluasi lapang maupun laboratorium untuk menentukan individu tanaman terbaik
yang dilihat dari keragaan progeninya. Seleksi untuk menentukan tetua–tetua
yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih dilakukan berdasarkan
hasil evaluasi tersebut. Selain penentuan pohon induk untuk benih komersial,
pada tahapan seleksi inijuga dipilih tetua-tetua yang akan direkombinasikan
untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik pada siklus
pemuliaan berikutnya.
Kultur
Jaringan. Kultur jaringan mempunyai dua kontribusi penting dalam pemuliaan
sawit yaitu untuk pembiakan massal secara vegetatif dan untuk regenerasi
jaringan yang telah ditransform oleh gen pengendali sifat tertentu dalam proses
rekayasa genetika. Keberhasilan penerapan teknologi ini telah dilaporkan sejak
pertengahan 1970-an. Saat ini sekitar 20-an laboratorium kultur jaringan di
seluruh dunia berpacu dalam perbaikan dan up scalling proses kultur jaringan,
menghasilkan rata-rata 10,000 – 200,000 plantlet per tahun (Wahid et al.,
2004).
4.
Manfaat pemuliaan pemuliaan kelapa
sawit
Produktivitas
CPO dapat ditingkatkan lebih lanjut sebanyak 8-10 ton/ha, dengan menggunakan
germplasma unggul yang diperoleh melalui seleksi dan program pemuliaan tanaman
yang panjang dengan menggunakan seleksi, metode screening DNA atau teknologi
transgenik. sehingga tidak diragukan bahwa kombinasi program pemuliaan tanaman
dengan manajemen yang lebih baik dan metode pengolahan yang lebih efisien dapat
memberikan produktivitas lebih dari 20 ton/ha minyak pada masa mendatang.
Di Malaysia
telah dikenal pasti beberapa pohon memiliki produktivitas tinggi yang dapat
diperbanyak secara klon tanpa kehilangan produktivitas TBS. Secara teoritis
beberapa populasi dapat menghasilkan 60 ton/ha. Sehingga kelapa sawit memiliki
potensi besar tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar minyak nabati tetapi
juga berfungsi sebagai sumber industri non makanan berupa produk Oleokimia.
Pemulia telah mengambil pendekatan strategi terintegrasi. Selama satu dekade
terakhir telah mengidentifikasi beberapa pusat plasma nutfah di Afrika dan
Amerika Selatan asal domestikasi jenis kelapa sawit, Elaeis guineensis dan
Elaeis oleifera. Sejak tahun 2008 konsorsium dari 12 perusahaan Indonesia dan
Malaysia telah melakukan eksplorasi ke Kamerun dan memperoleh 103 aksesi yang
memiliki keragaman genetic yang tinggi. Material genetik yang diperoleh tentu
masih memerlukan waktu untuk dapat digunakan menghasilkan varietas komersial.
Pengalaman pemuliaan Deli Dura sehingga mencapai kualitas seperti saat ini menunjukkan bahwa dibutuhkan eliminasi dari sifat-sifat genetic yang kurang menguntungkan dengan melakukan rekombinasi intra dan inter populasi. Seleksi massa, negatif maupun positif, dilakukan terhadap karakter-karakter yang oleh masing-masing breeder diperkirakan akan memberikan keuntungan di masa mendatang.
Pengalaman pemuliaan Deli Dura sehingga mencapai kualitas seperti saat ini menunjukkan bahwa dibutuhkan eliminasi dari sifat-sifat genetic yang kurang menguntungkan dengan melakukan rekombinasi intra dan inter populasi. Seleksi massa, negatif maupun positif, dilakukan terhadap karakter-karakter yang oleh masing-masing breeder diperkirakan akan memberikan keuntungan di masa mendatang.
Sebagai
contoh salah satu jenis Elaeis oleifera mempunyai kandungan lebih 65% oleat.
Koleksi ini dan lainnya sering dievaluasi dan diteliti dengan menggunakan
metode konvensional, molecular genetic maupun menggunakan biokimia. Penggunaan
molecular marker sangat penting dalam program pemuliaan tanaman yang
berkesinambungan untuk menghasilkan kombinasi perubahan profil asam lemak dan
produktivitas minyak yang tinggi.
Strategi kedua yang dilakukan adalah diversifikasi komposisi asam lemak bebas dengan melibatkan tranformasi genetik (Transgenik) untuk memodulasi jalur biosintesis yang relevan. Teknologi ini melibatkan penambahan gen baru atau menekan aktivitas gen yang terlibat dalam metabolisme asam lemak. Strategi saat transformasi genetik melibatkan penggunaan RNA antisense dan mengatur gen thioesterase sehingga memungkinkan asam palmitat menjadi memanjang. Untuk memperoleh asam oleat tinggi untuk eksploitasi komersial cukup menggunakan promotor gen jaringan khusus, pendekatan serupa dapat digunakan untuk memanipulasi komposisi asam minyak kernel kelapa sawit. Sebagai contoh, pemilihan salah satu Plasto transgen dapat meningkatkan efisiensi ekspresi serta memfasilitasi bio-containment minyak sawit tanaman hasil transgenik. Transformasi melalui vektor Agrobacterium paling efisien juga sedang diselidiki.
Strategi kedua yang dilakukan adalah diversifikasi komposisi asam lemak bebas dengan melibatkan tranformasi genetik (Transgenik) untuk memodulasi jalur biosintesis yang relevan. Teknologi ini melibatkan penambahan gen baru atau menekan aktivitas gen yang terlibat dalam metabolisme asam lemak. Strategi saat transformasi genetik melibatkan penggunaan RNA antisense dan mengatur gen thioesterase sehingga memungkinkan asam palmitat menjadi memanjang. Untuk memperoleh asam oleat tinggi untuk eksploitasi komersial cukup menggunakan promotor gen jaringan khusus, pendekatan serupa dapat digunakan untuk memanipulasi komposisi asam minyak kernel kelapa sawit. Sebagai contoh, pemilihan salah satu Plasto transgen dapat meningkatkan efisiensi ekspresi serta memfasilitasi bio-containment minyak sawit tanaman hasil transgenik. Transformasi melalui vektor Agrobacterium paling efisien juga sedang diselidiki.
Inovasi lain
adalah RNAi untuk menekan fungsi gen yang tidak diinginkan. Teknologi ini telah
berhasil digunakan untuk menutup beberapa gen dalam metabolisme asam lemak. Upaya
saat ini sedang berlangsung dalam beberapa kelompok untuk menghasilkan minyak
sawit transgenik dengan oleat tinggi, tetapi hasil ini diprediksi dapat
dinikmati secara massal pada tahun 2020 an. Pada waktu bersamaan, pendekatan
pemuliaan secara konvensional dan koleksi plasma nutfah terus ditingkatkan
untuk menemukan variasi genetic baru dari pusat-pusat asal tanaman. Selain itu
jalan lebih spekulatif adalah melalui penelitian genetika molekuler untuk
meningkatkan produk asam lemak yang diinginkan.
Selama
beberapa dekade terakhir, Pemulia tanaman (breeders) telah menggunakan
teknologi reproduksi dengan menggunakan DNA berbasis molekuler, kultur jaringan
dan penerapan genomik dan proteomics.
Kesimpulan
Hasil
Pemuliaan Manfaat positif dari pemanfaatan plasma nutfah secara optimal dan
implementasi strategi seleksi yang tepat, baik RRS maupun FIPS, telah dirasakan
industri perkebunan. Kinerja pemanfaatan sumberdaya genetik kelapa sawit
Indonesia tercermin dari beberapa aspek seperti peningkatan produktivitas
tanaman dan ketersediaan varietas yang cukup dan diminati pengguna. Dalam kurun
waktu 30 tahun terakhir, produktivitas minyak sawit meningkat dua kali lipat,
dari 4.3 ton minyak/ha/tahun pada 1970 menjadi 7-11.0 ton/ha/tahun pada 2006
Peningkatan ini, selain berasal dari kontribusi genetik yang terkait dengan
program seleksi, juga dipengaruhi oleh perubahan strategi pemanfaatan plasma
nutfah yang pada awal 1970-an menghasilkan produk persilangan intra-origin
(Dura x Dura; Dura x Tenera) (Pamin, 1998) menjadi hibrida inter-origin (Dura x
Pisifera).
FORMULASI CAIR PADA
PESTISIDA
A. Pengertian Pestisida
Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, yang dimaksud
Pestisida
adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang
dipergunakan untuk :
♦
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
♦
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
♦
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
♦
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman,
tidak termasuk pupuk.
♦
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan
dan ternak.
♦
Memberantas atau mencegah hama-hama air.
♦
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam
rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
♦
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi
dengan
penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
B.
Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
Ditinjau
dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat
dibedakan
menjadi beberapa jenis antara lain:
1.
Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani
berarti
tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk
membunuh
tungau atau kutu.
2.
Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti
ganggang laut,
berfungsi
untuk membunuh alge.
3.
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung,
fungsinya
sebagai
pembunuh atau penolak burung.
4.
Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani
bakron,
berfungsi
untuk membunuh bakteri.
5.
Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos
yang
artinya
jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat
bersifat
fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan
pertumbuhan
cendawan).
6.
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,
berfungsi
untuk membunuh gulma.
7.
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan,
keratan
segmen
tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
8.
Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya
berselubung tipis
atau
lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
9.
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema
berarti
benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
10.
Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi
untuk merusak
telur.
11.
Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma,
berfungsi
untuk
membunuh kutu atau tuma.
12.
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan,
berfungsi untuk
membunuh
ikan.
13.
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat
berfungsi
untuk
membunuh binatang pengerat.
14.
Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga
pelubang
kayu
berfungsi untuk membunuh rayap.
C.
Bentuk Formulasi Pestisida
1.
Formulasi Cair
Formulasi
pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang
dapat
diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan
dalam
air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang
dicairkan
(LG).
Pedoman
Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
a. Pekatan yang
diemulsikan
Formulasi
pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable
Concentrate
(yang lazim disingkat EC)
merupakan formulasi
dalam
bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif
dalam
pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau bahan
pengemulsi.
Formulasi
untuk penyemprotan penggunaan perlu diencerkan
dengan
air, sehingga formulasi ini akan segera menyebar dan
membentuk
emulsi serta memerlukan sedikit pengadukkan.
Pestisida
yang termasuk formulasi pekatan yang dapat
diemulsikan
mempunyai kode EC di belakang nama dagangnya.
b. Pekatan yang larut
dalam air
Formulasi
yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate
(SL)
merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang
dilarutkan
dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik
dengan
air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu
diencerkan
dengan air kemudian disemprotkan.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di
belakang
nama dagangnya.
c. Pekatan Dalam Air
Formulasi
pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate (AC)
merupakan
pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya
pestisida
yang diformulasikan sebagai pekatan dalam air adalah
bentuk
garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan
tinggi
dalam air.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode AC di
belakang
nama dagangnya.
Pedoman
Pembinaan Penggunaan Pestisida TA.2011
d. Larutan Dalam Minyak
Pekatan
dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah
formulasi
cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi
tinggi
yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti
xilin
atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah
diencerkan
dalam hidro karbon yang lebih murah seperti solar
kemudian
disemprotkan atau dikabutkan (Fogging).
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode OL di
belakang
nama dagangnya.
e. Aerosol
Formulasi
pestisida aerosol adalah formulasi cair yang
mengandung
bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik.
Ke
dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan
kemudian
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan
yang
siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode A di
belakang
nama dagangnya.
f. Gas yang dicairkan
atau Liquefied Gases
Formulasi
ini adalah formulasi pestisida bahan aktif dalam bentuk
gas
yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan.
Formulasi
pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi ke dalam
ruangan
atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke
dalam
tanah.
Pestisida
yang termasuk formulasi ini mempunyai kode LG di
belakang
nama dagangnya.
Pedoman
Pembinaan
Penjelasan
lainnya adalah :
a.
Emulsifiable
Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC)
Merupakan sediaan berbentuk pekatan
(konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena
menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air
akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair
lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang
paling banyak digunakan saat ini.
Menurut Butarbutar (2009), EC
(emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang
diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar
terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak
dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen
(sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh
dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan
bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan
butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75% dari
seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi
Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan
dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan
diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam. Contoh:
grothion 50 EC, Basudin 60 EC
b.
Water Soluble Concentrate (WCS
Merupakan formulasi yang mirip
dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka
konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan
membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara
disemprotkan. Contoh: Azidrin 15 WSC.
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya yang dimorfulasikan dalam bentuk garam herbisida asam yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: 2-metil-4-klorofenoksiasetat (MCPA) dan 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D).
d. Soluble Liquid (SL)
Merupakan
pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan.
Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
f. Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat)
Adalah
formulais cair yang berisi bahan aktif dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan
dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau nafta. Penggunaannya
biasa diencerkan dengan pelarut hidrokarbon yang lebih murah (missal solar),
baru disemprotakan atau dikabutkan (fogging). Contoh: Sevin 4 Oil.
g. Formulasi aerosol
Dalam
hal ini pestisida dilarutkan dalam elarut organik, dalam kosentrasi rendah
dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas dalam bentuk
aerosol siap pakai. Contoh: Flygon aerosol.
h. Bentuk cair yang
mudah menguap (liquefied gases)
Pestisida
ini terdapat dalam bentuk gas yang dimanpatkan pada tekanan tertentu dalam
suatu kemasan. Penggunaannya ialah dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau
tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Contoh: Methyl bromide.
3. Kode Formulasi
pada Nama DagangBentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan di belakang nama dagangnya. Adapun prinsip pemberian nama dagang sebagai berikut:
a. Jika diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang menunjukkan kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida Karmex 80 WP mengandung 80% bahan aktif. Insektisida Furadan 3 G berarti mengandung bahan aktif 3%.
b. Jika diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang menunjukkan jumlah gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter produk. Sebagai contoh, fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan aktif dalam setiap liter produk Score 250 EC.
c. Jika produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka kandungan bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan garis miring. Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP mengandung bahan-bahan aktif metalaksil-M 4% dan mankozeb 64% dan diformulasi dalam bentuk WP.
Langganan:
Postingan (Atom)