Pengawasan
( Controlling )
Definisi
Pengawasan
Dalam suatu organisasi
fungsi pengawasan sangat dibutukhakn, dengan engawasan yang baik dapat mencegah
timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Menurut Siagian (1982 :
135) pengawasan adalah :
“Proses pengawasan
daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya”.
Menurut Sarwoto (1981 :
93) pengawasan adalah Kegiatan
pimpinan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.
Dari beberapa definisi
yang dikemukakan tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa pengawasan
adalah proses pengamatan yang dilakukan pimpinan untuk mengetahui dan menilai
kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan pekerjaan dari pegawai-pegawai
yang menjadi bawahannya agar pelaksanaan pekerjaan tersebut bisa sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Basu Swasta (1996, hal. 216) "Pengawasan merupakan
fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti
yang diinginkan".
Lebih lanjut
menurut Kadarman (2001, hal. 159) Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik
untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan
balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut,
serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin
guna mencapai tujuan perusahaan.
Niti Semito (1984 : 17)
mengemukakan definisi pengawasan (controlling) sebagai berikut :
“Pengawasan adalah usaha untuk dapat mencegah
kemungkinan-kemungkinan penyimpangan daripada rencana-rencana,
instruksi-instruksi, saran-saran dan sebagianya yang telah ditetapkan”.
Pendapat tersebut
menekankan pada usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
penyimpangan-penyimpangan. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan sudah mulai
dilaksanakan meskipun pelaksanaan pekerjaan para pegawai belum selesai.
Mencegah kemungkinan
timbulnya penyimpangan, akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi suatu
organisasi dalam menanggulangi penyimpangan yang sudah terjadi, karena apabila
penyimpangan dapat dicegah, maka kerugian yang besar dapat dihindarkan sehingga
tujuan organisasi akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.
Pengawasan merupakan
usaha mengevaluasi prestasi kerja pada pegawai dan mengadakan tindakan yang
dianggap perlu untuk menyasuaikan hasil pekerjaan agar dapat sesuai dengan yang
diharapkan.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Terry (dalam Winardi, 1986 : 395) yang mengatakan sebagai berikut :
“Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah
dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja yang apabila perlu
menerapkan tindakant-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana-rencana”.
Dengan tindakan
pengawasan akan dapat diketahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan para pegawai
sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan apabila ternyata ada
penyimpangan dari rencana, kebijaksanaan maupun pemerintah yang telah
dikeluarkan, dapat segera diketahui dan selanjutnya diadakan tindakan perbaikan
dan penyesuaian agar hasil pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh
pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil
yang direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin
bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.
Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan
antara pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah perbaikan terhadap
penyimpangan dan rencana yang berarti”.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja
standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien
mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan
hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka
perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan
baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.
melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan
efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan
erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah
dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan
dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan
bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk
pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di
bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan
terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung
makna pula sebagai:
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh
kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan
yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.”
atau
“suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya
pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah
terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan
perbaikannya.”
Fungsi Pengawasan
Pengawasan (controlling) merupakan kontrol atas
jalannya pelaksanaan program. Tanpa adanya kontrol atas program, kesinambungan
antar tahapan tidak dapat berlangsung dengan baik. Bisa
dikatakan bahwa Pengawasan(Controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi
pengawasan (controlling) atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian.
Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal
ini dapat positif maupun negatif.
Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah tujuan
organisasi dicapai dengan efisien dan efektif. Sedangkan pengawasan negatif
mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan
tidak terjadi atau terjadi kembali.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu :
1) Penetapan standar pelaksanaan
2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
3) Pengukuran pelaksanaan nyata dan
membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan
4) Pengembalian tindakan koreksi yang
diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Manfaat pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat ber jalan sesuai dengan rencana
danmemastikan apakah tujuan organisasi tercapai dan apabila tetrjadi
penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang
perlu kan untuk mengatasinya. Itu semua adalah tugas dari pengawasan.
Bila fungsi pengawasan dilakukan dengan baik dan tepat maka organisasi
akan memperoleh manfaat berupa :
1) Dapat mengetahui sejauh mana program
sudah dilakuakan para staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja,
apakah sumberdaya telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi
pengawasan akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan
pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan
sumberdaya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien
4) Dapat mengetahui sebab-sebab
terjadinya penyimpangan
5) Dapat mengetahui staf yang perlu
diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan
Dalam dunia bisnis bla pengawasan dapat dikerjakan dengan
tepat dan baik pelaksanaanya, maka suatu perusahaan tidak akan merugi atau pun
bangrut dalam menjalani usahanya karna tidak ada peluang untuk mencuri waktu dalam
bekerja dan melakukan penipuan karena dalam setiap pelaksaannya pekerjaan ada
seseorang yang ditugaskan untuk
mengawasi ditugaskan untuk selalu mengawasi pekerjnya.
Hal itu dilaksanakan akan membuat perusahaan tidak merugi
malah sebaliknya perusahaan akan memperoleh keuntungan yang maksimal. Manfaat
dari pengawasan sangatlah baik bila dikerjakan maksimal dan benar antara lain :
·
Perusahaan
tidak akan mendapatkan masalah tetang penyimpangan
·
Perusahaan
akan memperoleh hasil keuntungan yang bagus biala tidak ada masalah yang timbul
·
Akan
menarik orang berbakat dan mempertahankan didalam organisasi
·
Memotifasi
orang untuk menggunakan usaha maksimum dalam pekerjaannya
·
Tepat
waktu dalam menjalankan suatu tugas
JENIS-JENIS PENGAWASAN
Pada
dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
a)
Pengawasan
Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan
oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara
pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control)
atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada
setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di
Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam
hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan
lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan
tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan
intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud
harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi
demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai
secara obyektif aktivitas pemerintah.
b)
Pengawasan
Preventif dan Represif
Pengawasan
preventif lebih
dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum
kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.”
Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari
adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan
merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan
agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki.
Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh
atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan
terdeteksi lebih awal.
Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap
suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya
dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian
disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.
c)
Pengawasan
Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan
sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang
bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan
pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung
jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi
lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid)
adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan,
tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak
berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid)
adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,
yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”
d)
Pengawasan
kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran
materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
Dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya
“korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada
aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut
diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara
dapat berjalan sebagaimana direncanakan.
Prinsip-Prinsip Pengawasan
Pengawasan yang efektif memiliki dua
prinsip pokok yaitu :
1.
adanya
rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi, serta wewenang
kepada bawahan. Prinsip pokok yang pertama merupakan standar atau alat pengukur
dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan bawahan. Rencana tersebut menjadi
penunjuk apakah pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.
2.
Prinsip pokok kedua juga harus ada, agar
sistem pengawasan dapat benar-benar efektif dilaksanakan. Wewenang dan juga
instruksi-instruksi yang jelas harus diberikan kepada bawahan karena
berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan
tugas-tugasnya dengan baik atau tidak.
Setelah prinsip pokok tersebut, maka
suatu sistem pengawasan harus mengandung prinsip-prinsip berikut:
1.
Dapat
merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang
harus diawasi.
Setiap kegiatan membutuhkan sistem pengawasan
yang berbeda sesuai dengan karakteristik kegiatan tersebut. Pengawasan
pembelajaran tentunya berbeda dengan pengawasan ketatausahaan.
2.
Dapat
dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.
Suatu sistem pengawasan yang
efektif harus dapat segera melaporkan
penyimpangan-penyimpangan sehingga berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat
diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan
keseluruhan benar-benar dapat sesuai atau mendekati apa yang direncanakan
sebelumnya.
3.
Fleksibel.
Suatu sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem pengawasan tersebut memenuhi prinsip fleksibilitas. Artinya sistem pengawasan tersebut tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana di luar dugaan.
Suatu sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem pengawasan tersebut memenuhi prinsip fleksibilitas. Artinya sistem pengawasan tersebut tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana di luar dugaan.
4.
Dapat
merefleksi pola organisasi.
Titik berat pengawasan adalah
berkisar pada manusia, karena manusialah yang melakukan kegiatan-kegiatan dalam
suatu organisasi. Orang-orang dalam organisasi, kegiatan-kegiatan atau
tugas-tugasnya sudah tergambar dalam organisasi, maka sistem pengawasan harus
dapat memenuhi prinsip dapat merefleksikan pola organisasi.
5.
Ekonomis
Sifat ekonomis dalam proses pengawasan juga sangat diperlukan. Tidak seharusnya membuat sistem pengawasan yang mahal, apabila tujuan pengawasan dapat diwujudkan melalui sistem pengawasan yang murah.
Sifat ekonomis dalam proses pengawasan juga sangat diperlukan. Tidak seharusnya membuat sistem pengawasan yang mahal, apabila tujuan pengawasan dapat diwujudkan melalui sistem pengawasan yang murah.
6.
Dapat
dimengerti.
Siapapun yang mengawasi kegiatan-kegiatan,
haruslah memahami dan menguasai sistem pengawasan yang dianut dalam suatu
organisasi. Tanpa memahami sistem pengawasan, maka pelaksanaan pengawasan tidak
dapat efektif.
7.
Dapat
menjamin diadakannya tindakan korektif.
Akhirnya suatu sistem pengawasan
barulah dapat dikatakan efektif, apabila dapat melaporkan kegiatan yang salah,
dimana kesalahan itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan
tersebut. Ini sesuai dengan salah satu tujuan pengawasan, yaitu untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
pelaksanaan suatu kegiatan.
Tahap Proses Pengawasan
Tahap Proses
Pengawasan :
a)
Tahap
Penetapan Standar Tujuannya
adalah sebagai
sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan
dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
·
standar
phisik
·
standar
moneter
·
standar
waktu
b)
Tahap
Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan
sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
c)
Tahap
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
d)
Beberapa
proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan,
metode, pengujian, dan sampel.
e)
Tahap
Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk
mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa
terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai
manajer.
f)
Tahap
Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui
dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam
pelaksanaan.
Menurut
Kadarman (2001, hal. 161) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
Ø Menetapkan Standar
Karena
perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengawasan, maka secara logis
hal irri berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan adalah menyusun
rencana. Perencanaan yang dimaksud disini adalah menentukan standar.
Ø Mengukur Kinerja
Langkah
kedua dalam pengawasan adalah mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai
terhadap standar yang telah ditentukan.
Ø Memperbaiki Penyimpangan
Proses
pengawasan tidak lengkap jika tidak ada tindakan perbaikan terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992,
hal. 116) proses pengawasan terbagi atas 4 tahapan, yaitu:
Ø Menentukan standar atau dasar bagi
pengawasan.
Ø Mengukur pelaksanaan
Ø Membandingkan pelaksanaan dengan
standar dan temukanlah perbedaan jika ada.
Ø Memperbaiki penyimpangan dengan
cara-cara tindakan yang tepat.
Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa
pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam
langkah-langkah yang bersifat universal yakni:
Ø mengukur hasil pekerjaan,
Ø membandingkan hasil pekerjaan dengan
standard dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan),
Ø mengoreksi penyimpangan yang tidak
dikehendaki melalui tindakan perbaikan.
Maman Ukas (2004:338) menyebutkan
tiga unsur pokok atau tahapan-tahapan yang selalu terdapat dalam proses
pengawasan, yaitu:
·
Ukuran-ukuran
yang menyajikan bentuk-bentuk yang diminta.
Standar
ukuran ini bisa nyata, mungkin juga tidak nyata, umum ataupun khusus, tetapi
selama seorang masih menganggap bahwa hasilnya adalah seperti yang diharapkan.
·
Perbandingan
antara hasil yang nyata dengan ukuran tadi.
Evaluasi
ini harus dilaporkan kepada khalayak ramai yang dapat berbuat sesuatu akan hal
ini.
·
Kegiatan
mengadakan koreksi.
Pengukuran-pengukuran
laporan dalam suatu pengawasan tidak akan berarti tanpa adanya koreksi, jikalau
dalam hal ini diketahui bahwa aktivitas umum tidak mengarah ke hasil-hasil yang
diinginkan.
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa proses pengawasan dilakukan berdasarkan beberapa tahapan yang
harus dilakukan.
·
Menetapkan
standar pelaksanaan (perencanaan)
Sehingga
dalam melakukan pengawasan manajer mempunyai standard yang jelas.
·
Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan
Mengukur kinerja pegawai, sejauh mana pegawai dapat menerapkan perencanaan yang telah dibuat atau ditetapkan perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara optimal.
Mengukur kinerja pegawai, sejauh mana pegawai dapat menerapkan perencanaan yang telah dibuat atau ditetapkan perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara optimal.
·
Pembandingan
pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan-penyimpangan
·
Pengambilan
tindakan koreksi
Melakukan perbaikan jika ditemukan penyimpangan¬-penyimpangan yang terjadi.
Melakukan perbaikan jika ditemukan penyimpangan¬-penyimpangan yang terjadi.
Metode Pengawasan
Ada beberapa teknik pengawasan yang
diekmukakan oleh para ahli, misalnya menurut Devung (1988:126) metode
pengawasan dibagi dalam dua kategori utama, yaitu: metode pengawasan non kuantitatif,
dan metode pengawasan kuantitatif, masing-masing dengan beberapa variasi
tekniknya. Menurut Manullang (1992:178) membaginya dalam empat cara pengumpulan
fakta yaitu: peninjauan pribadi, interview atau lisan, laporan tertulis dan
pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa. Sedangkan Siagian (2008:115)
membagi dalam dua macam teknik, yaitu: pengawasan langsung dan pengawasan tidak
langsung. Berikut penjelasan untuk teknik-teknik tersebut.
1.
Metode Pengawasan Non Kuantitatif
Metode
pengawasan non kuantitatif bersifat umum terhadap kegiatan dan keadaan
organisasi dan lebih banyak menyangkut cara kerja karyawan. Beberapa teknik
yang biasa digunakan menurut Leon C. Mengginson, cs. dalam Devung (1988:126)
adalah:
·
Observasi
·
Pengawasan berkala
·
Laporan lisan dan tertulis
·
Penilaian kegiatan
·
Diskusi antara manajer dan karyawan.
2.
Metode Pengawasan Kuantitatif
Metode
pengawasan kuantitatif bersifat lebih spesifik, dengan menggunakan tinjauan
data kuantitatif untuk mengukur dan mengadakan penyesuaian seperlunya atas
jumlah maupun kualitas barang atau jasa yang dihasilkan atau ditawarkan kepada
konsumen. Beberapa teknik yang digunakan menurut Leon C. Manggison dalam, cs.
dalam Devung (1988:127) adalah:
a)
Pengawasan Anggaran.
Anggaran dalam konteks ini adalah anggaran
pendapatan dan belanja. Pengawasan anggaran merupakan teknik memanfaatkan
angka-angka yang terdapat di dalam anggaran pendapatan dan belanja, untuk
tujuan pengawasan dengan membandingkan apa yang telah dicapai dalam
masing-masing kategori mata anggaran selama waktu tertentu dengan angka yang
sudah direncanakan dalam anggaran belanja. Teknik pengawasan anggaran belanja
ini memungkinkan administrator dan manajer bisa mengadakan pengecekan yang
berkesinambungan dan memecahkan masalah yang ada secara dini.
b)
Pemeriksaan Efektivitas Manajemen.
Pemeriksaan efektivitas manajemen
hakekatnya adalah mempelajari keadaan organisasi serta administrasi dan
manajemennya dengan melihat ke masa depan. Dan bisa membantu pemimpin melihat
apakah kebijakan segala prosedur yang telah ditetapkan , dijalankan sesuai
dengan tujuan organisasi secara menyeluruh.
c)
Analisis Rasio.
Analisis rasio pada dasarnya
mempelajari hubungan antara komponen-komponen yang ada dalam laporan keuangan,
dalam bentuk rasio atau presentase. Dengan membandingkan rasio dari
komponen-komponen yang ada, administrator dan manajer bisa melihat perubahan
relatif yang terjadi selama periode waktu tertentu.
d)
Analisis Break-Even.
Analisis break-even merupakan salah
satu alat yang memungkinkan perusahaan memperlihatkan secara visual dan jelas
hubungan antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Analisis break-even
memberikan analisis dan memperlihatkan secara grafis keseimbangan pendapan dan
biaya. Dengan cara ini administrator dan manajer dapat mengadakan pengawasan
secara langsung terhadap profitabilitas perusahaan, dan analisis tersebut
sangat membantu di dalam menentukan tindakan apa yang harus diambil.
e)
Tabel Waktu Pelaksanaan Kegiatan.
Tujuan utama pembuatan tabel waktu tersebut
adalah untuk memungkinkan administrator dan manajer melihat hubungan antara
berbagai bagian dan tahap kegiatan yang ada.
3.
Pengawasan Langsung
Menurut
Siagian (2008:115) yang dimaksud pengawasan langsung ialah apabila pimpinan
organisasi melakukan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang
dijalankan oleh para bawahannya. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk:
·
Inspeksi langsung
·
On the spot observation, dan
·
On the spot report.
Dalam
inspeksi langsung dapat dengan peninjauan pribadi yaitu mengawasi dengan jalan
meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan.
Cara ini mengandung kelemahan, menimbulkan kesan kepada bawahan bahwa mereka
diamati secara keras dan kuat sekali. Namun, ada yang berpendapat bahwa cara
inilah yang terbaik, karena melakukan kontak langsung antara atasan dan bawahan
dapat dipererat. Serta, kesukaran dalam praktek dapat dilihat lansung dan tidak
dapat dikacaukan oleh pendapat bawahan sebagaimana mungkin terselip dengan cara
menerima laporan tertulis (Manullang, 1992:178).
Langkah
kerja pemeriksaan pengawasan atasan langsung menurut Khusnuridlo (online)
adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa
apakah atasan Langsung Bendaharawan telah melakukan pemeriksaan kas terhadap
Bendaharawan sedikitnya tiga bulan sekali
2) Meneliti
apakah pejabat yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perlengkapan telah
melakukan pemeriksaan penyimpanan barang inventaris yang dikelolanya, baik
secara langsung melihat fisik barangnya maupun melalui pembukuannya.
Akan
tetapi, karena banyak dan kompleksnya tugas-tugas seorang pimpinan terutama
dalam organisasi besar seorang pemimpin tidak mungkin dapat selalu menjalankan
pengawasan langsung itu. Karena itu sering pula ia harus melakukan pengawasan yang
bersifat tidak langsung (Siagian, 2008:115).
4.
Pengawasan Tidak Langsung
Yang dimaksud pengawasan tidak langsung
ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang
disampaikan oleh para bawahan (Siagian, 2008:115). Laporan ini berbentuk:
a)
Lisan.
Pengawasan dilakukan dengan
mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Dengan
cara ini kedua pihak aktif, bawahan memberikan laporan lisan tentang hasil
pekerjaannya dan atasan dapat bertanya lebih lanjut untuk memperoleh
fakta-fakta yang diperlakukannya. Pengawasan seperti ini dapat mempercepat
hubungan pejabat, karena adanya kontak wawancara antara mereka.
b)
Tertulis.
Laporan tertulis merupakan suatu
pertanggungjawaban kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya,
sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan atasannya kepadanya.
Dengan laporan tertulis sulit pimpinan menentukan mana yang berupa kenyataan
dan apa saja yang berupa pendapat. Keuntungannya untuk pemimpin dapat digunakan
sebagai pengawasan dan bagi pihak lain dapat digunakan untuk menyusun rencana
berikutnya (Manullang, 1992:179).
Selain
laopran lisan dan tertulis menurut Manullang (1992:179) pengawasan masih
mempunyai satu teknik lagi, yaitu pengawasan melalui laporan kepada hal-hal
yang bersifat khusus. Pengawasan yang berddasarkan kekecualian atau control by
exception, adalah suatu sistem pengawasan dimana pengawas itu ditujukan pada
soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan
yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.
Menurut
Arifin (2004:9) kekuatan dari pengawasan tidak langsung adalah dibutuhkan
waktu pendek, dan tidak perlu terjun langsung ke setiap lapangan. Kelemahannya
adalah sering bawahan melaporkan hal-hal yang positif saja. Padahal pimpinan
harus mengetahui hal yang positif sekaligus negatif agar tidak salah
berkesimpulan dan salah dalam mengambil keputusan.
Sistem Pengedalian
Manajemen
Definisi Sistem Pengendalian
Manajemen :
Menurut Suadi Sistem pengendalian
manajemen adalah: sebuah sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem yang
saling berkaitan, yaitu: pemrograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan, dan
pertanggungjawaban untuk membantu manajemen
mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan, agar mau mencapai tujuan
perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien."
(1999:8-9).
Menurut Anthony dan Reece ( 1989:824
)sistem pengendalian manajemen adalah : nfluence members of the organization to
implement the organization. yang kurang lebih memiliki arti bahwa sistem
pengendalian manajemen memiliki fungsi pengendalian terhadap
aktivitas-aktivitas dalam suatu organisasi yang diupayakan agar sesuai dengan
strategi badan usaha untuk mencapai tujuannya.
Kegiatan pengendalian dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu, pengendalian manajemen (management
control) dan pengendalian operasional (operational control). Pengendalian
manajemen mengarah pada pengendalian kegiatan secara menyeluruh demi
mendapatkan keyakinan bahwa strategi perusahaan telah dijalankan secara efektif
dan efisien. Sedangkan pengendalian operasional hanya menyangkut tugas-tugas
tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dalam kaitannya dengan fungsi
manajemen, pengendalian manajemen merupakan penerapan semua fungsi manajemen,
Dikatakan demikian, karena dalam pelaksanaan pengendalian manajemen meliputi
kegiatan perencanaan operasional perusahaan, pengorganisasian kegiatan,
koordinasi kegiatan, pengendalian kegiatan dan pembinaan pelaksana kegiatan,
Konsep sistem pengendalian manajemen juga diartikan sebagai manajemen secara
keseluruhan. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang menyeluruh ke
semua aspek kegiatan perusahaan. Dalam proses pengendalian manajemen terdapat
beberapa bagian kegiatan yaitu penyusunan program, penyusunan anggaran,
pelaksanaan dan pengukuran kegiatan, serta pelaporan dan analisis kegiatan.
Sedangkan dalam struktur perusahaan terdapat beberapa hal yaitu: struktur
organisasi, aliran informasi, pusat pertanggungjawaban dan pelimpahan wewenang,
serta tolok ukur prestasi dan motivasi.
Menurut Suadi (1999:10) konsep sistem
pengendalian manajemen terkandung pengertian proses pengendalian, dan straktur
pengendalian sebagai sistem pengendalian manajemen secara keseluruhan. Struktur
diartikan sebagai suatu kerangka sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
membentuk sistem itu sendiri. Sedangkan proses di dalam konsep sistem
pengendalian manajemen adalah untuk menjelaskan bagaimana bekerjanya
masing-masing bagian di dalam sistem tersebut dalam pencapaian tujuannya, dan
untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan rencana.
Salah satu elemen struktur
pengendalian manajemen seperti yang telah dikemukakan itu adalah pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu pusat
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan
menjadi keluaran.
Sistem pengendalian manajemen terdiri dari Struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manaj emen. Struktur pengendalian manajemen dinyatakan dalam bentuk unit organisasi dan sifat informasi yang ada diantara unit-unit ini. Secara umum sistem pengendalian manajemen akan berpusat pada bermacam-macam jenis pusat pertanggungjawaban. Sedangkan proses pengendalian manajemen meliputi hubungan komunikasi informal dan interaksi antara manajer dengan karyawan.
Sistem pengendalian manajemen terdiri dari Struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manaj emen. Struktur pengendalian manajemen dinyatakan dalam bentuk unit organisasi dan sifat informasi yang ada diantara unit-unit ini. Secara umum sistem pengendalian manajemen akan berpusat pada bermacam-macam jenis pusat pertanggungjawaban. Sedangkan proses pengendalian manajemen meliputi hubungan komunikasi informal dan interaksi antara manajer dengan karyawan.
Menurut Shillinglaw dan McGahran(
1993:749 ) ada tiga macam bentuk pengendalian yaitu :
·
Personal
controls
yaitu pengendalian yang ditekankan pada sikap dan motivasi
orang yang terlibat dalam organisasi, misalnya penilaian karyawan dan kultur
organisasi. Bentuk pengendalian ini merupakan serangkaian peraturan yang tidak
tertulis.
·
Action
controls
yaitu pengendalian yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan dan tugas yang diberikan kepada karyawan.
·
Result
controls
yaitu pengendalian yang ditekankan pada hasil dari
pelaksanaan operasi karyawan.
Tujuan Dan Fungsi Pengendalian
Tujuan
pengendalian manajemen adalah untuk memotivasi dan memberi semangat kepada para
anggota organisasi, dan selanjutnya mencapaitujuan organisasi. Ini merupakan
proses mendeteksi dan memperbaikikesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dan
ketidakberesan yang disengaja,seperti pencurian atau penyalahgunaan sumber
daya. Karena fokusnya padamanusia dan implementasi rencana, pertimbangan
psikologis menjadi dominandalam pengendalian manajemen. Kegiatan-kegiatan
seperti komunikasi,meyakinkan, mendesak, memberi semangat, dan memberi kritik
adalah bagian penting dalam proses ini.
Adapun fungsi
pengendalian manajemen adalah pengukuran dalam perbaikan terhadap
pelaksanaan tujuan dan rencana perusahaan dapat dicapai.Pengendalian manajemen
juga dapat berfungsi untuk mengembangkan danmerevisi norma-norma (standard)
yang memuaskan sebagai ukuran pelaksanaandan menyediakan pedoman serta bantuan
kepada para anggota manajemen yanglain dalam menjamin adanya penyesuaian hasil
pelaksanaan yang sebenarnyaterhadap norma standard. Disini pengendalian
manajemen mencoba agar pelaksanaan sesuai dan cocok dengan rencana
atau standard. Juga dalam fungsiini, controller dapat membantu. Dia tidak
memaksakan pengendalian, kecuali dalam departemennya sendiri, tetapi dia
menyediakan informasi yang akandigunakan oleh pimpinan fungsional untuk
mencapai pelaksanaan yangdiharuskan.
Kegiatan
dalam bidang pengendalian ini menghabiskan waktu yangcukup banyak. Sebagian
informasi disediakan dari jam ke jam atau dari hari kehari. Data lain disiapkan
dari minggu ke minggu atau dari bulan ke bulan,sesuai dengan kebutuhan keadaan.
Sebagai contoh, pada perusahaan yang lebih besar, informasi per jam atau
per hari tentang pelaksanaan belum mungkin berguna, atau biaya-biaya
pengolahan per minggu mungkin dibutuhkan.Dalam pendekatan masalah-masalah yang
berhubungan denganfungsi pengendalian manajemen, suatu pandangan yang luas
biasanya akan banyak membantu. Hasil akhir dari fungsi pengendalian tidak
hanya berupasuatu laporan atau prestasi kerja, melainkan seharusnya juga
mencakup pertimbangan – pertimbangan berikut ini :
1.
Bantuan
terhadap norma-norma untuk pengendalian.
2.
Evaluasi
terhadap norma standard, termasuk analisa yang berhubungandengan hal itu.
3.
Pelaporan
tentang prestasi pelaksanaan jangka pendek yangsesungguhnya dibandingkan dengan
kerja yang telah distandardkan.Pengembangan trend dan hubungan-hubungan untuk
membantu para pimpinan operasional.
4.
Memastikan
bahwa melalui tujuan yang berkesinambungan, sistem dan prosedur dapat
menyediakan data yang diperlukan dan yang paling berguna atas basis yang
paling praktis dan ekonomis.
Disini jenis
pengendalian yang baik adalah yang melihat ke depan.Ini harus diingat oleh
manajemen apabila dia berpartisipasi dalam fungsi pengendalian manajemen
dengan memberikan pemikiran yang terus menerusterhadap langkah-langkah yang
mungkin perlu diambil sebelum dimulaitindakan operasi untuk menjamin adanya
pelaksanaan yang sesuai dengannorma atau yang diinginkan. Ini dapat dinamakan
sebagai “preventive control”(pengendalian preventive).
Jenis-Jenis Pengendalian Manajemen
Jenis Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen dapat dibagi dalam 5
(lima) jenis:
1. Pengendalian
pencegahan (preventive controls)
2. Pengendalian
deteksi (detective controls)
3. Pengendalian
koreksi (corrective controls)
4. Pengendalian
pengarahan (directive controls)
5. Pengendalian
kompensatif (compensating controls)
Rincian kelima jenis pengendalian di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengendalian
pencegahan (preventive controls)
Pengendalian
pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan. Pengendalian
ini dirancang untuk mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu
terjadi. Pengendalian pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan
perannya. Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang kompeten,
pemisahan fungsi, review pengawas dan pengendalian ganda. Sebagaimana
peribahasa mengatakan “lebih baik mencegah daripada mengobati” demikian pula
dengan pengendalian. Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari
pada pengendalian pendeteksian atau korektif. Ketika dirancang ke dalam sistem,
pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang mungkin terjadi sehingga
mengurangi biaya perbaikannya. Namun demikian, pengendalian pencegahan tidak
dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan sehingga masih
dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya.
2. Pengendalian
deteksi (detective controls)
Sesuai dengan
namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi suatu kesalahan yang
telah terjadi. Rekonsiliasi bank atas pencocokan saldo pada buku bank dengan
saldo kas buku organisasi merupakan kunci pengendalian deteksi atas saldo kas. Pengendalian
deteksi biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap
dibutuhkan dengan alasan:
·
Pertama, pengendalian deteksi dapat
mengukur efektivitas pengendalian pencegahan.
·
Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat
secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan sehingga
harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan tersebut terjadi.
Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan
seperti: catatan kinerja dengan pengecekan independen atas kinerja, rekonsilasi
bank, konfirmasi saldo bank, kas opname, penghitungan fisik persediaan,
konfirmasi piutang/utang dan sebagainya.
3. Pengendalian
koreksi (corrective controls)
Pengendalian
koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang teridentifikasi oleh
pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya kesalahan yang telah terjadi
tidak terulang kembali. Masalah atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen
sendiri atau oleh auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh
auditor, maka wujud pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan
tindak lanjut dari rekomendasi auditor.
4. Pengendalian
pengarahan (directive controls)
Pengendalian
pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang
berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
atau ketentuan yang berlaku. Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan
supervisi yang dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh
mandor terhadap aktivitas pekerja.
5. Pengendalian
kompensatif (compensating controls)
Pengendalian
kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya
suatu aktivitas pengendalian. Pengawasan langsung pemilik usaha terhadap
kegiatan pegawainya pada usaha kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi
merupakan contoh pengendalian kompensatif.
MEMBANDINGKAN HASIL DENGAN TUJUAN DAN STANDAR
Pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan (preliminary control),Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control). Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan), Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan –penyimpangan, Pengambilan tindakan koreksi.Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, Komunikasi dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
Perancangan proses pengawasan diantaranya yaitu; Merumuskan hasil yang di inginkan, Menetapkan penunjuk hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Bidang strategik dalam pengawasan ialah Transaksi Keuangan, Hubungan Manajer dan Bawahan, dan Operasi-operasi Produktif. Alat-alat pengawasan yang paling umum ialah Manajemen Pengecualian (Management by Exception), Management Information System (MIS), Analisa Rasio dan Penganggaran.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi. Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi diantaranya.
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan. Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih atas informasinya, saya semakin paham mengenai definisi pengendalian internal
BalasHapusSalah satu fungsi internal audit adalah untuk mengevaluasi kecukupan pengendalian seperti yang dijelaskan pada pengertian atau definisi mengenai internal audit menurut IIA, Sawyer maupun menurut para ahli lainnya, baca selengkapnya mengenai: Definisi Internal Audit
BalasHapusSebelumnya terima kasih atas penjelasannya, yang masih menjadi pertanyaan apa beda dari pengendalian manajemen dengan pengendalian internal apakah kedua hal tersebut sama ?
BalasHapuslengkap sekali tulisannya gann,, baca juga, khusus Pengertian Pengawasan Menurut Para Ahli
BalasHapus